Kamis, 26 April 2012

Tak Mau Jadi Bebal Gara-gara Israel-Palestina


Komentator link www.indonesiasaja.com di FB pada posting ‘Pecahlah Indonesia Gara-gara Israel-Palestina: “Di dunia maya ini ternyata ada orang Kristen seperti Mbak. Hebat!!!”.
Mbak Kristen yang hebat: “Di dunia maya dan dunia nyata banyak orang Kristen yang seperti saya. Hanya saja kebanyakan pendiam dan pemalu. Saya saja yang cerewet dan banyak mulut, dan nggak peduli dimusuhi siapapun sepanjang saya tahu saya benar. Dan kebenaran yang saya maksud di sini adalah menentang segala bentuk kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh siapapun, dalam hal ini Israel terhadap Palestina”.

Lalu jempol bertebaran untuk komen Mbak Kristen yang hebat di atas, yang tak lain tak bukan  adalah saya sendiri:). Namun di balik pujian itu ada sebuah ironi: saking lebar dan dalamnya jurang kebencian dan kecurigaan, sampai-sampai saya dibilang ‘Kristen yang hebat’ hanya karena menentang pembunuhan. Dan ‘dituduh’ bahwa Kristen model begini hanya saya seorang diri.  Namun nyatanya memang bukan perkara mudah untuk menentang arus, apalagi di luar sana memang harus diakui banyak orang Kristen yang termakan propaganda Zionist yang lihai sekali memutar-balikkan firman Tuhan tersebut. Apalagi saya tinggal di negeri yang kaum kristennya adalah minoritas. Sudah temennya dikit, menentang arus lagi. Tambah kesepian, dong:). Itu sebabnya sekali lagi saya hendak menandaskan, bahwa posisi saya di sini sama sekali bukan untuk cari pujian dan atau musuh, melainkan menyuarakan kebenaran (setidaknya menurut perspektif saya). Karena sehubungan dengan artikel tersebut selain pujian baik dari Muslim dan Kristen, saya juga menuai banyak kecaman (hehehe….). Ini di antaranya, berikut tangkisan a la Yuanita Maya:):
1.     Saya dituduh terlalu banyak menonton tivi Indonesia, yang mana dalam reportase konflik 2 bangsa di atas tentu saja banyak menggunakan perspektif Islam (jelas, media itu kan pedagang, tentu mereka tau betul pasar mana yang terbesar di Indonesia). Namun faktanya saya nyaris tak pernah nonton televisi, kecuali Sponge Bob dan Shawn the Ship, itupun kalau sempat. Jadi tuduhan di atas gugur dengan sendirinya (kecuali si penuduh tak percaya saya tak doyan nonton tivi:)).

2.     Kedua, muncul tangkisan bahwa tindak pembunuhan dan kekerasan bukan hanya dilakukan oleh pihak Israel terhadap Palestina, melainkan juga sebaliknya. Ya mesthiiiii…!!! Namanya juga perang, gitu loh, capeeeeek.… Sama halnya bukan hanya pihak Belanda yang membunuh pejuang RI, demikian sebaliknya. Pertanyaannya: akankah kita membunuh pihak Belanda jika mereka tidak memulainya? Sudah, itu saja balasan saya:).

3.     Kemudian ada upaya untuk membelokkan pendirian saya dengan pendekatan penderitaan bangsa Yahudi, sejak jaman pembuangan hingga holocaust jaman Hitler. Please, hanya orang tidak waras saja yang tidak merasa pilu melihat penderitaan bangsa Israel, terlebih pada era si megalomaniak sinting berkumis sepenggal yang tampangnya lebih pantas jadi pelawak itu. Tapi segala penderitaan bangsa Israel tersebut tidak serta-merta mengesahkan Zionis melakukan kejahatan serupa terhadap bangsa lain (sebagai catatan perlu saya tambahkan betapa pendudukan Israel ke tanah status quo tersebut dilakukan dengan pendekatan yang sangat licik sekaligus keji. Dan perlu saya garis bawahi pada awal-awal penderitaan bangsa Palestina tak ada satupun negara Arab yang peduli pada mereka. Bahkan para pengungsipun mereka usir secara terang-terangan).

4.     Beberapa dengan tegas menggaris bawahi bahwa dengan segala macam penderitaan toh bangsa Israel tetap surfive, yang mana semakin memperjelas fakta bahwa inilah bangsa pilihan Tuhan dan ada rencana Tuhan di balik semua ini. Baiklah, silakan anda kembali ke posting saya sebelumnya di mana saya mengatakan bahwa memang bangsa ini telah dipilih oleh-Nya dengan alasan-Nya sendiri. Dan sekali Ia mengucapkan janji setia serta berkat, maka Ia akan menepatinya sampai kiamat. Jadi segala kelebihan, kehebatan, dan keini-ituan bangsa Israel jelas sama sekali tak ada hubungannya dengan kehebatan bangsa itu sendiri. Tuhanlah yang hebat! Dan sampai di sini SAYA TIDAK MAU BERDEBAT.

5.     Sekali lagi banyak yang membawa-bawa Tuhan dalam hal ini dan melibatkan janji-Nya pada bangsa Israel. Tapi saya tegaskan, bahwa mereka sendiri telah menolak Mesias yang dijanjikan bahkan menyalib-Nya (camkan bahwa saya hanya mengatakan fakta, bukan mengobarkan semangat antisemitisme). Mereka lebih percaya MESIAS BUATAN MEREKA SENDIRI, yakni ZIONIS. Dan meskipun saya akan menjadi orang yang sangat sombong sekaligus bodoh jika berani memosisikan diri sebagai pembela Tuhan seakan-akan Dia lemah dan lunglai tanpa pembelaan saya, namun saya punya kewajiban untuk menyatakan kebenaran bahwa SANGAT TIDAK PANTAS BILA JANJI KESELAMATAN TUHAN YANG KUDUS DISAMAKAN DENGAN PENYELAMATAN PENUH KESOMBONGAN DAN BERGELIMANG DARAH A LA ZIONIST! Tentu saja saya tidak hendak mengingkari fakta bahwa tak ada satupun perkara yang terjadi di dunia ini tanpa ijin-Nya bahkan luput dari pengawasan-Nya sekalipun. Namun antara kehendak serta rencana Tuhan dengan ijin-Nya seringkali terbentang jarak yang dalam dan lebar, demikian juga dalam hal ini.
6.     Sesudahnya adalah penjabaran panjang lebar tentang sejarah permusuhan yang panjang antara kedua bangsa ini dan rencana Tuhan di balik konflik mereka. Dan di sini saya mendapat kesan bahwa sejarah permusuhan tersebut justru digunakan sebagai legalitas bagi dua bangsa ini untuk terus berseteru hingga sekarang, bahkan melibatkan bangsa-bangsa lain, termasuk (yang mana saya sama sekali tak bisa terima) Indonesia! Dan bicara soal rencana Tuhan, bagi saya pribadi, rencana-Nya yang paling dalam perkara ini adalah bergandengnya semua tangan untuk menghentikan konflik menjemukan antara dua bangsa keras kepala ini, sebab permusuhan mereka yang tak terbilang abad ini jelas telah melibatkan banyak pihak di  luar mereka, yang mana sama sekali tidak adil. Dan betapa butanya kita semua, anda dan saya, yang menolak rencana Tuhan yang sangat indah ini. Cara paling sederhana untuk menolak terlibat dalam rencana besar yang kudus ini adalah dengan terus membenarkan tindak kejahatan Zionis sambil membawa-bawa nama Tuhan di satu sisi, dan percaya serta membenci umat Kristen sebagai kaki tangan Zionist. Untuk yang kedua ini perlu saya tambahkan, bahwa saya mau tak mau harus mengakui bahwa di luar sana memang banyak orang Kristen yang TERMAKAN PROPAGANDA LICIK ZIONIST, semata-mata karena keluguan mereka. Mereka terlalu polos dan lugu. Dan dalam bentuk berbeda dengan sebagian umat Muslim yang menganggap kejahatan Zionis adalah bagian dari agama Kristen, dalam derajat yang sama orang-orang Kristen lugu ini juga menganggap bahwa segala tindakan Israel modern adalah merupakan bagian dari rencana indah Tuhan, dus satu paket dengan agama. Dan di sini saya hendak menyatakan sikap: jika memang terbukti Tuhan punya urusan, menghendaki, bahkan merencanakan pekerjaan jahat terhadap bangsa Palestina lewat tangan Zionist, maka saya akan segera meninggalkan iman saya pada-Nya sebelum saya selesai mengucapkan, “Maaf Tuhan, aku murtad.”  Tetapi Tuhan tidak serendah itu! Dari awal pekerjaan-Nya menciptakan jagad raya dan seisinya hingga kini, telah terbukti bahwa Ia adalah inti sari dari cinta dan kasih yang terbesar dan terindah yang bahkan lebih besar dan dalam daripada yang bisa kita bayangkan! Dan itu akan terus terbukti hingga masa yang tak berkesudahan. Jadi memang saya sama sekali tak punya alasan untuk mencampakkan iman saya kepada-Nya, apapun dusta orang tentang kehebatan dan kebenaran Israel di luaran sana.

7.     Kemudian ada sangkaan bahwa segala omong besar saya mengenai Zionisme keji ini adalah bentuk kutukan terhadap bangsa Israel. Sekali-kali tidak! Sekalipun hingga detik ini saya belum juga khatam Al-Kitab, namun saya telah membaca ayat yang menyatakan bahwa siapapun yang mengutuki Israel juga akan kena kutuk. Dan saya belum setolol itu untuk menantang Tuhan. Seandainya saya tak takut pada Tuhan sekalipun, saya tetap memikirkan pepatah ‘what goes around comes arround’. Bahasa Kristennya: siapa menabur dia menuai. Menabur kutuk ya menuai kutuk. Nyatanya hidup saya sangat diberkati. Segala kata-kata saya mengenai Israel, sekeras apapun, saya letakkan dalam konteks:

a.     Otokritik, sebab agama saya menggunakan taurat yang juga digunakan oleh bangsa Yahudi. Sekalipun mereka menolak Yesus Kristus, itu toh bukan urusan saya. Di sini saya jadi ingat kata seorang pendeta yang sering muncul di tipi waktu beliau berkunjung ke Israel: “Mengapa tidak pernah ada kedamaian di Israel? Karena dari awal mereka telah menolak Sang Raja Damai.” Sekali lagi, penolakan mereka terhadap Mesias Illahi sama sekali bukan urusan saya. Namun sebagai bagian dari kaum yang percaya Taurat, saya minimal punya kewajiban moral untuk mengingatkan saudara-saudara saya seiman. Bahwa cukup kiranya sampai di sini keluguan kita. Cukup kiranya sampai di sini kita dijadikan bulan-bulanan kaum Zionis. Sebab mengait-ngaitkan Tuhan dengan kejahatan kemanusiaan terorganisir dalam skala tiada terperi yang telah dilakukan oleh kaum Zionis selama tak terbilang waktu, adalah suatu penghinaan tiada tara terhadap-Nya! Dan kiranya cukuplah sampai di sini kita menghujat kasih dan kekudusan-Nya. Namun otokritik seringkali memang jauh lebih memedihkan ketimbang kritik yang kita terima dari orang luar. Maka di sini, dengan segenap kerendahan hati saya meminta kepada anda semua yang masih percaya pada bualan busuk kaum Zionis untuk sesegera mungkin menempatkan Tuhan pada posisi terhormat-Nya yang semula.

b.     Kesatuan umat, terutama dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebab seperti yang telah saya tulis pada bagian penutup posting sebelumnya, suhu antara umat Muslim dan Kristen di Indonesia panas dari waktu ke waktu salah satunya akibat konflik dua bangsa ini. Padahal belum tentu juga mereka tahu kalau kita saling bergesekan, wong mereka saja sibuk saling bunuh, kok sempat-sempatnya mikirin orang-orang Kristen dan Islam di Indonesia. Dan meskipun di luar sana banyak orang –maaf- bebal yang mengatakan pemerintah RI tidak menjamin kebebasan beragama, nyatanya kita tak bisa memungkiri fakta bahwa dengan jumlah yang sangat segelintir toh umat Kristen tetap sangat eksis di Indonesia. Dan eksistensi yang tak berkaitan dengan jumlah tersebut akan menjadi potensi negatif jika tidak dikelola dengan baik, terutama saat bergesekan dengan seteru utama mereka yakni kaum muslim. Tentu saja mereka yang saya sebut adalah Kristen lebay dan Islam narsis seperti yang saya sebut dalam posting lama berjudul ‘Kaum Narsis dan Kaum Lebay’. Kristen ‘hebat’ seperti saya:), dan Muslim ‘manis’ di luar sana tak akan terpengaruh oleh segala pancingan buruk dari manapun juga. Namun siapa yang biasa menjamin kaum narsis dan lebay tidak akan bertambah kualitas dan kuantitasnya jika tidak sejak sekarang kita tekan keberadaannya? Dan salah satu cara mempersempit ruang gerak mereka adalah dengan kampanye dialog lintas agama, terutama dengan pendekatan pemahaman agama post dogmatic.

Itulah kebenarannya. Dan inilah kebenaran tujuan tulisan-tulisan saya mengenai konflik Israel-Palestina yang melibatkan kaum Muslim dan Kristen Indonesia: propaganda perdamaian demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karena Indonesia bukan hanya tanahnya, airnya maupun udaranya. Namun di atas segalanya: manusianya. Pada manusia-manusia Indonesialah negeri ini menggantungkan kelestarian atau kehancurannya. Pilihannya ada pada anda dan saya: apakah kita ingin melestarikan atau menghancurkan Indonesia? Hanya anda dan saya yang bisa menjawabnya. Tuhan memberkati pilihan kita, Tuhan memberkati Indonesia! (Yuanita Maya, penulis lepas, ibu rumah tangga).

4 komentar:

  1. di tunggu ya mbak di DSBKI :) ntar kalo sudah ketemu di DSBKI aku kasih cendol tulisan mbak "radif khan"

    BalasHapus
  2. Janji-janji Tuhan kepada Israel selalu bersyarat. Sekarang janji-janji Tuhan kepada Israel rohani, Israel modern sekarng juga bersyarat, dan syarat2nya sudah dinyatakan dalam Bible Perjanjian Lama dan Baru, menurut Raja segala Raja, Tuhan Yesus Kristus, anak2 Abraham, atau keturunan Abraham, Ishak, Yakub/Israel, bukanlah orang Yahudi lahiriah, tapi Yahudi batiniah yang melakukan perbuatan2 Abraham dan Yesus, yang berpikir, berbuat seperti Yesus, yang mengimani Mesias seperti Abraham dan Musa yang mengimani Mesias/Yesus, jadi Israel sejati bukan seperti Petrus yang menghunus pedangnya. Salah satu ciri khas Israel asli adalah non violence, pantang kekerasan, atau anti kekerasan. Sehingga Israel sejati/asli tak akan terlibat dalam peperangan/pertumpahan darah atau aksi2 imperialisme modern.

    BalasHapus
  3. Saudara anonim yang relijius dan rendah hati, anda bikin saya jadi grogi. Hihihi.
    Sepakat dengan anda, Saudaraku. Konsep Israel jasmani memang sangat katrok dan condong membuat yang percaya mengenainya menjadi besar kepala dan merasa diri yang kecakepan, serta jadi anak kesayangan Tuhan. Dengan rasa percaya diri tak pada tempatnya nan membara tersebut, walhasil mereka merasa punya hak untuk berbuat seenak udel (padahal belum tentu udelnya enak), diantaranya membunuhi sekian juta orang dalam satu invansi gembel sambil bawa-bawa firman Tuhan sebagai justifikasi. Sungguh ndeso.
    Kiranya anda turut mengampanyekan pemahaman Israel rohani ini pada sanak saudara dan handai taulan, sehingga kebenaran kian terungkapkan *sambil membayangkan berdiri di atas mimbar*. Terima kasih sudah mampir ke sini. Tuhan memberkati.

    BalasHapus