Komentator link www.indonesiasaja.com
di FB pada posting ‘Pecahlah Indonesia Gara-gara Israel-Palestina: “Di dunia
maya ini ternyata ada orang Kristen seperti Mbak. Hebat!!!”.
Mbak Kristen yang hebat: “Di dunia maya dan dunia nyata
banyak orang Kristen yang seperti saya. Hanya saja kebanyakan pendiam dan
pemalu. Saya saja yang cerewet dan banyak mulut, dan nggak peduli dimusuhi
siapapun sepanjang saya tahu saya benar. Dan kebenaran yang saya maksud di sini
adalah menentang segala bentuk kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh
siapapun, dalam hal ini Israel terhadap Palestina”.
Lalu jempol bertebaran untuk komen Mbak Kristen yang hebat di
atas, yang tak lain tak bukan adalah
saya sendiri:). Namun di balik pujian itu ada sebuah ironi: saking lebar
dan dalamnya jurang kebencian dan kecurigaan, sampai-sampai saya dibilang ‘Kristen
yang hebat’ hanya karena menentang pembunuhan. Dan ‘dituduh’ bahwa Kristen
model begini hanya saya seorang diri. Namun
nyatanya memang bukan perkara mudah untuk menentang arus, apalagi di luar sana
memang harus diakui banyak orang Kristen yang termakan propaganda Zionist yang
lihai sekali memutar-balikkan firman Tuhan tersebut. Apalagi saya tinggal di
negeri yang kaum kristennya adalah minoritas. Sudah temennya dikit, menentang
arus lagi. Tambah kesepian, dong:). Itu sebabnya sekali lagi saya
hendak menandaskan, bahwa posisi saya di sini sama sekali bukan untuk cari
pujian dan atau musuh, melainkan menyuarakan kebenaran (setidaknya menurut
perspektif saya). Karena sehubungan dengan artikel tersebut selain pujian baik
dari Muslim dan Kristen, saya juga menuai banyak kecaman (hehehe….). Ini di
antaranya, berikut tangkisan a la Yuanita Maya:):
1.
Saya dituduh terlalu banyak menonton tivi Indonesia,
yang mana dalam reportase konflik 2 bangsa di atas tentu saja banyak menggunakan
perspektif Islam (jelas, media itu kan pedagang, tentu mereka tau betul pasar mana
yang terbesar di Indonesia). Namun faktanya saya nyaris tak pernah nonton
televisi, kecuali Sponge Bob dan Shawn the Ship, itupun kalau sempat. Jadi
tuduhan di atas gugur dengan sendirinya (kecuali si penuduh tak percaya saya
tak doyan nonton tivi:)).
2.
Kedua, muncul tangkisan bahwa tindak pembunuhan dan
kekerasan bukan hanya dilakukan oleh pihak Israel terhadap Palestina, melainkan
juga sebaliknya. Ya mesthiiiii…!!! Namanya juga perang, gitu loh, capeeeeek.…
Sama halnya bukan hanya pihak Belanda yang membunuh pejuang RI, demikian
sebaliknya. Pertanyaannya: akankah kita membunuh pihak Belanda jika mereka
tidak memulainya? Sudah, itu saja balasan saya:).
3.
Kemudian ada upaya untuk membelokkan pendirian saya
dengan pendekatan penderitaan bangsa Yahudi, sejak jaman pembuangan hingga
holocaust jaman Hitler. Please, hanya orang tidak waras saja yang tidak merasa
pilu melihat penderitaan bangsa Israel, terlebih pada era si megalomaniak
sinting berkumis sepenggal yang tampangnya lebih pantas jadi pelawak itu. Tapi segala
penderitaan bangsa Israel tersebut tidak serta-merta mengesahkan Zionis
melakukan kejahatan serupa terhadap bangsa lain (sebagai catatan perlu saya
tambahkan betapa pendudukan Israel ke tanah status quo tersebut dilakukan
dengan pendekatan yang sangat licik sekaligus keji. Dan perlu saya garis bawahi
pada awal-awal penderitaan bangsa Palestina tak ada satupun negara Arab yang
peduli pada mereka. Bahkan para pengungsipun mereka usir secara
terang-terangan).
4.
Beberapa dengan tegas menggaris bawahi bahwa dengan
segala macam penderitaan toh bangsa Israel tetap surfive, yang mana semakin
memperjelas fakta bahwa inilah bangsa pilihan Tuhan dan ada rencana Tuhan di
balik semua ini. Baiklah, silakan anda kembali ke posting saya sebelumnya di
mana saya mengatakan bahwa memang bangsa ini telah dipilih oleh-Nya dengan
alasan-Nya sendiri. Dan sekali Ia mengucapkan janji setia serta berkat, maka Ia
akan menepatinya sampai kiamat. Jadi segala kelebihan, kehebatan, dan
keini-ituan bangsa Israel jelas sama sekali tak ada hubungannya dengan
kehebatan bangsa itu sendiri. Tuhanlah yang hebat! Dan sampai di sini SAYA
TIDAK MAU BERDEBAT.
5.
Sekali lagi banyak yang membawa-bawa Tuhan dalam hal
ini dan melibatkan janji-Nya pada bangsa Israel. Tapi saya tegaskan, bahwa
mereka sendiri telah menolak Mesias yang dijanjikan bahkan menyalib-Nya (camkan
bahwa saya hanya mengatakan fakta, bukan mengobarkan semangat antisemitisme).
Mereka lebih percaya MESIAS BUATAN MEREKA SENDIRI, yakni ZIONIS. Dan meskipun
saya akan menjadi orang yang sangat sombong sekaligus bodoh jika berani memosisikan
diri sebagai pembela Tuhan seakan-akan Dia lemah dan lunglai tanpa pembelaan
saya, namun saya punya kewajiban untuk menyatakan kebenaran bahwa SANGAT TIDAK
PANTAS BILA JANJI KESELAMATAN TUHAN YANG KUDUS DISAMAKAN DENGAN PENYELAMATAN
PENUH KESOMBONGAN DAN BERGELIMANG DARAH A LA ZIONIST! Tentu saja saya tidak
hendak mengingkari fakta bahwa tak ada satupun perkara yang terjadi di dunia
ini tanpa ijin-Nya bahkan luput dari pengawasan-Nya sekalipun. Namun antara
kehendak serta rencana Tuhan dengan ijin-Nya seringkali terbentang jarak yang
dalam dan lebar, demikian juga dalam hal ini.
6.
Sesudahnya adalah penjabaran panjang lebar tentang
sejarah permusuhan yang panjang antara kedua bangsa ini dan rencana Tuhan di
balik konflik mereka. Dan di sini saya mendapat kesan bahwa sejarah permusuhan
tersebut justru digunakan sebagai legalitas bagi dua bangsa ini untuk terus
berseteru hingga sekarang, bahkan melibatkan bangsa-bangsa lain, termasuk (yang
mana saya sama sekali tak bisa terima) Indonesia! Dan bicara soal rencana Tuhan,
bagi saya pribadi, rencana-Nya yang paling dalam perkara ini adalah
bergandengnya semua tangan untuk menghentikan konflik menjemukan antara dua
bangsa keras kepala ini, sebab permusuhan mereka yang tak terbilang abad ini
jelas telah melibatkan banyak pihak di
luar mereka, yang mana sama sekali tidak adil. Dan betapa butanya kita
semua, anda dan saya, yang menolak rencana Tuhan yang sangat indah ini. Cara
paling sederhana untuk menolak terlibat dalam rencana besar yang kudus ini
adalah dengan terus membenarkan tindak kejahatan Zionis sambil membawa-bawa
nama Tuhan di satu sisi, dan percaya serta membenci umat Kristen sebagai kaki
tangan Zionist. Untuk yang kedua ini perlu saya tambahkan, bahwa saya mau tak
mau harus mengakui bahwa di luar sana memang banyak orang Kristen yang TERMAKAN
PROPAGANDA LICIK ZIONIST, semata-mata karena keluguan mereka. Mereka terlalu
polos dan lugu. Dan dalam bentuk berbeda dengan sebagian umat Muslim yang
menganggap kejahatan Zionis adalah bagian dari agama Kristen, dalam derajat
yang sama orang-orang Kristen lugu ini juga menganggap bahwa segala tindakan
Israel modern adalah merupakan bagian dari rencana indah Tuhan, dus satu paket dengan
agama. Dan di sini saya hendak menyatakan sikap: jika memang terbukti Tuhan
punya urusan, menghendaki, bahkan merencanakan pekerjaan jahat terhadap bangsa
Palestina lewat tangan Zionist, maka saya akan segera meninggalkan iman saya
pada-Nya sebelum saya selesai mengucapkan, “Maaf Tuhan, aku murtad.” Tetapi Tuhan tidak serendah itu! Dari awal
pekerjaan-Nya menciptakan jagad raya dan seisinya hingga kini, telah terbukti
bahwa Ia adalah inti sari dari cinta dan kasih yang terbesar dan terindah yang
bahkan lebih besar dan dalam daripada yang bisa kita bayangkan! Dan itu akan
terus terbukti hingga masa yang tak berkesudahan. Jadi memang saya sama sekali
tak punya alasan untuk mencampakkan iman saya kepada-Nya, apapun dusta orang
tentang kehebatan dan kebenaran Israel di luaran sana.
7.
Kemudian ada sangkaan bahwa segala omong besar saya
mengenai Zionisme keji ini adalah bentuk kutukan terhadap bangsa Israel.
Sekali-kali tidak! Sekalipun hingga detik ini saya belum juga khatam Al-Kitab,
namun saya telah membaca ayat yang menyatakan bahwa siapapun yang mengutuki
Israel juga akan kena kutuk. Dan saya belum setolol itu untuk menantang Tuhan. Seandainya
saya tak takut pada Tuhan sekalipun, saya tetap memikirkan pepatah ‘what goes around
comes arround’. Bahasa Kristennya: siapa menabur dia menuai. Menabur kutuk ya
menuai kutuk. Nyatanya hidup saya sangat diberkati. Segala kata-kata saya
mengenai Israel, sekeras apapun, saya letakkan dalam konteks:
a. Otokritik, sebab
agama saya menggunakan taurat yang juga digunakan oleh bangsa Yahudi. Sekalipun
mereka menolak Yesus Kristus, itu toh bukan urusan saya. Di sini saya jadi
ingat kata seorang pendeta yang sering muncul di tipi waktu beliau berkunjung
ke Israel: “Mengapa tidak pernah ada kedamaian di Israel? Karena dari awal mereka
telah menolak Sang Raja Damai.” Sekali lagi, penolakan mereka terhadap Mesias Illahi
sama sekali bukan urusan saya. Namun sebagai bagian dari kaum yang percaya
Taurat, saya minimal punya kewajiban moral untuk mengingatkan saudara-saudara
saya seiman. Bahwa cukup kiranya sampai di sini keluguan kita. Cukup kiranya
sampai di sini kita dijadikan bulan-bulanan kaum Zionis. Sebab mengait-ngaitkan
Tuhan dengan kejahatan kemanusiaan terorganisir dalam skala tiada terperi yang
telah dilakukan oleh kaum Zionis selama tak terbilang waktu, adalah suatu
penghinaan tiada tara terhadap-Nya! Dan kiranya cukuplah sampai di sini kita
menghujat kasih dan kekudusan-Nya. Namun otokritik seringkali memang jauh lebih
memedihkan ketimbang kritik yang kita terima dari orang luar. Maka di sini,
dengan segenap kerendahan hati saya meminta kepada anda semua yang masih
percaya pada bualan busuk kaum Zionis untuk sesegera mungkin menempatkan Tuhan
pada posisi terhormat-Nya yang semula.
b. Kesatuan umat,
terutama dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebab seperti yang
telah saya tulis pada bagian penutup posting sebelumnya, suhu antara umat
Muslim dan Kristen di Indonesia panas dari waktu ke waktu salah satunya akibat
konflik dua bangsa ini. Padahal belum tentu juga mereka tahu kalau kita saling
bergesekan, wong mereka saja sibuk saling bunuh, kok sempat-sempatnya mikirin
orang-orang Kristen dan Islam di Indonesia. Dan meskipun di luar sana banyak
orang –maaf- bebal yang mengatakan pemerintah RI tidak menjamin kebebasan
beragama, nyatanya kita tak bisa memungkiri fakta bahwa dengan jumlah yang
sangat segelintir toh umat Kristen tetap sangat eksis di Indonesia. Dan
eksistensi yang tak berkaitan dengan jumlah tersebut akan menjadi potensi negatif
jika tidak dikelola dengan baik, terutama saat bergesekan dengan seteru utama
mereka yakni kaum muslim. Tentu saja mereka yang saya sebut adalah Kristen
lebay dan Islam narsis seperti yang saya sebut dalam posting lama berjudul ‘Kaum
Narsis dan Kaum Lebay’. Kristen ‘hebat’ seperti saya:), dan Muslim ‘manis’ di luar sana tak
akan terpengaruh oleh segala pancingan buruk dari manapun juga. Namun siapa
yang biasa menjamin kaum narsis dan lebay tidak akan bertambah kualitas dan
kuantitasnya jika tidak sejak sekarang kita tekan keberadaannya? Dan salah satu
cara mempersempit ruang gerak mereka adalah dengan kampanye dialog lintas
agama, terutama dengan pendekatan pemahaman agama post dogmatic.
Itulah kebenarannya. Dan inilah kebenaran tujuan tulisan-tulisan saya mengenai konflik Israel-Palestina yang melibatkan kaum Muslim dan Kristen Indonesia: propaganda perdamaian demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karena
Indonesia bukan hanya tanahnya, airnya maupun udaranya. Namun di atas
segalanya: manusianya. Pada manusia-manusia Indonesialah negeri ini
menggantungkan kelestarian atau kehancurannya. Pilihannya ada pada anda dan
saya: apakah kita ingin melestarikan atau menghancurkan Indonesia? Hanya anda
dan saya yang bisa menjawabnya. Tuhan memberkati pilihan kita, Tuhan memberkati
Indonesia! (Yuanita Maya, penulis lepas, ibu rumah tangga).