Senin, 23 April 2012

Pecahlah Indonesia Gara-gara Israel-Palestina


Betapa syoknya saya ketika beberapa tahun lalu dalam sebuah ibadah di gereja, Bapak Pendeta dalam khotbahnya yang mengangkat tema entah apa saya lupa, berkata begini kira-kira: “Jangan salahkan Israel kalau sekuat tenaga memerangi rakyat Palestina dan berusaha mengusir mereka. Itu kan tanah bangsa Israel, bukannya rakyat Palestina, yang sudah dijanjikan Tuhan sejak jaman Musa.

Pulih dari rasa terkesima, malamnya saya menulis surat protes sebanyak 4 lembar halaman folio spasi rangkap font 12. Setelah rangkaian penjelasan dan protes keras, saya menuntut Bapak Pendeta supaya dengan besar hati bersedia meralat kalimat di atas tersebut pada khotbah minggu berikutnya. Well, oke, saya akui, dalam satu atau dua titik saya boleh dibilang anggota jemaah yang kurang ajar (tapi seingat saya, dalam surat bernada keras tersebut saya hanya menggunakan pilihan kata yang santun dan tidak melanggar kaidah apapun, terlebih mengingat surat itu saya tujukan pada pemimpin saya). Namun saya percaya bahwa hubungan antara pemimpin dan umat mestinya bersifat mutual, itu yang pertama. Yang kedua, saya sangat prihatin dengan sentimen agama yang begitu mudah dijadikan mesin untuk menarik dukungan dan atau simpati anggota masyarakat dunia oleh negara Israel, yang bahkan dipercaya oleh orang sekelas pendeta. Sebab betapa mudahnya umat mempercayai dan mengikuti apapun kata pemimpinnya, dan bagi saya adalah mengerikan bahwa umat di gereja saya percaya bahwa bangsa Israel punya hak atas kejahatan mereka terhadap bangsa Palestina.

Sebab beginilah pendapat saya mengenai perkara di atas (yang sebenarnya cuma copy paste dari komentar saya dalam sebuah posting di grup diskusi Islam-Kristen, di mana saya menjadi admin yang malas dan selalu kabur setiap ditanya soal pasal ini ayat itu:)).  Demikian petikannya: Berdirinya negara Israel notabene adalah hasil invasi kaum Zionis dan SAMA SEKALI TIDAK ADA URUSANNYA DENGAN JANJI TUHAN DALAM ALKITAB. Zionisme selama puluhan tahun tersebut tidak ubahnya kejahatan kemanusiaan yang jauh lebih parah ketimbang yang dilakukan Belanda busuk tengik terhadap rakyat Nusantara, dan secara tragis justru dilegalkan oleh negara-negara Barat yang mengklaim diri sebagai tonggak demokrasi, terutama Amerika Serikat. Saya ada referensi sebuah buku yang bagus sekali berjudul ‘Saudara Sekandung’. Sebuah sejarah pendudukan Zionis di tanah yang kini diklaim sebagai negara Israel yang ditulis oleh pendeta Kristen bangsa Palestina (sayang saya lupa namanya). Sangat jujur dan melelehkan hati, buku ini wajib dibaca oleh semua umat Muslim, terutama yang membenci umat Kristen gara-gara masalah ini. Pula wajib dibaca oleh umat Kristen, terutama mereka yang memuja Israel secara membabi-buta. Saya beragama Kristen namun untunglah sama sekali tak pernah mengait-ngaitkan Negara Israel atau tepatnya Negara Zionis dengan Alkitab dan segala firman Tuhan. Dan saya sungguh bangga dengan pemerintah NKRI yang hingga detik ini tak mau mengakui keberadaan Negara ‘Maksadotcom’ Israel tersebut . Dan seperti yang bisa saya tebak, komen ini kemudian menuai pujian:), terutama dari pihak Muslim (saya bisa membayangkan eskpresi terkejut mereka, ketika menyadari bahwa admin Kristen yang tak becus soal ayat ini kok malah mengata-ngatai Israel yang seringnya dijadikan pujaan umat Kristen kebanyakan:)).

Ini memang isu yang sangat sensitif yang telah berjalan langgeng selama sekian dasawarsa antara umat Islam dan Kristen. Dan dalam banyak hal isu ini telah memberi kontribusi yang besar dalam hubungan tak harmonis di antara sebagian umat dua agama besar, yang herannya sejak dulu gemar banget musuhan ini. Saya bukan ahli politik, apalagi agama (ya iyalah, tiap kali ditanya ayat saja langsung gelagapan, lalu secepat kilat ngacir atau setidaknya melempar tanggung jawab pada admin Kristen lain:)). Dalam kapasitas saya yang enggak jelas ini, sayangnya saya tetap merasa punya hak untuk berbagi gagasan pada anda sekalian. Demikian:
1.     Di luar sana, saya mendapati banyak umat Kristen yang memuja bangsa Israel (baik jaman Alkitab maupun Israel modern) dan memandang Israel adalah bangsa yang hebat dan sebagainya. Dan akhir-akhir ini banyak sekali anak muda yang sangat mencintai Negara Israel, bahkan merayakan hari lahir negara tersebut (suatu hal yang sangat nggak masuk akal dan nggak nyambung menurut saya, terutama jika dikaitkan dengan posisi mereka sebagai anak sebuah bangsa yang bernama Indonesia). Kepada anda yang memuja bangsa dan atau negara Israel, inilah pendapat saya (yang sekali lagi merupakan copy paste dari komen saya di grup diskusi tersebut di atas): ‘Sebagai orang yang beragama Kristen, saya pribadi sama sekali tidak bersimpati apalagi menghormati Israel, baik Israel jaman dulu terlebih Israel modern. Mengapa saya tidak menghormati Israel jaman dulu? Karena mereka adalah bangsa yang benar-benar tak tahu malu, tak tahu diri, dan selalu menyakiti hati Tuhan meskipun sudah sedemikian rupa dikasihi oleh-Nya. Yang saya hormati dan kagumi di sini jusrtu Tuhan, yang sama sekali tak pernah ingkar janji (kok kesannya malah seperti merpati:)). Sekali Tuhan memilih dengan alasan-Nya sendiri, maka SELAMANYA janji itu Ia tepati, tak peduli sebusuk apapun umat yang Ia kasihi tersebut. Dan bahwasanya banyak tokoh-tokoh besar bahkan Nabi lahir dari bangsa Israel juga SAMA SEKALI TAK ADA URUSANNYA DENGAN KEHEBATAN BANGSA TERSEBUT, namun sekali lagi adalah bukti bahwa Tuhan sungguh merupakan Sosok pemegang janji yang teguh’. Sejauh saya membaca Alkitab (yang belum khatam juga sampai detik ini:)), saya tidak pernah mendapati kesamaan pola penyelamatan dan pemenuhan janji Tuhan terhadap bangsa Israel dengan desain Zionisme Israel modern, sebab inilah yang selalu digunakan oleh Zionis untuk melegalisir kejahatan yang mereka lakukan. Dalam hal ini, jika ada saudara umat Kristen yang mendapati kesamaan pola tersebut, saya mohon berkenan mengajukannya dalam box komentar di bawah, untuk mengoreksi kesalahan dan atau ketidak tahuan saya). Adalah penting bagi kita umat Kristen untuk tidak menggunakan perspektif agama dalam melihat dan menilai bangsa Israel, terlebih Israel modern. Sebab apa yang mereka lakukan terhadap rakyat Palestina jelas-jelas merupakan kejahatan kemanusiaan yang terstruktur dan terorganisi, dan dibungkus oleh isu keagamaan yang kemudian ditelan mentah-mentah oleh umat yang tidak berhati-hati dalam menjaga pikiran yang independen. Perkara janji Tuhan terhadap bangsa Israel adalah satu hal, namun invasi Zionis di luar skenario kudus Tuhan jelas merupakan perkara lain. Selama umat Kristen mau begitu saja dikibuli oleh tipuan diplomatik propaganda sepihak Negara Israel, maka selamanya mereka akan merasa aman dan nyaman melakukan tindakan kejahatan kemanusiaan atas rakyat Palestina (ya iyalah, nggak berada dalam zona nyaman gimana, kalau paling tidak secara moral didukung oleh umat Kristen yang meskipun di Indonesia cuma di bawah 10%, namun di dunia tetap merupakan agama dengan pengikut terbanyak).

2.     Di luar sana, pula saya dapati ada tak terhitung umat Muslim yang membenci umat Kristen karena perkara Israel-Palestina ini. Bagi anda semua yang membenci umat Kristen karena isu ini (atau tidak membenci tapi kenal satu atau beberapa orang pembenci Kristen gara-gara urusan di atas), inilah buah pikiran saya (sekali lagi copy paste komen di grup: ‘Kepada saudara-saudari umat muslim, perlu saya garis bawahi bahwa saya sama sekali melepaskan perspektif terlebih sentimen agama dalam hal ini sejak awal, baik sentimen negatif maupun positif, baik terhadap agama saya maupun agama anda. Perkara Zionisme pada rakyat Palestina (camkan bahwa saya menyebut rakyat, dan bukan tanah Palestina, karena bagi saya pribadi –walaupun pendapat saya jelas nggak ngaruh apa-apa:))- tanah yang jadi rebutan tadi masih bersifat status quo), sama sekali mutlak urusan kejahatan kemanusiaan yang berbasis pada kerakusan dan kesombongan, serta hati yang jauh dari kasih. Politisi tingkat tinggi bukanlah orang-orang bodoh. Mereka cerdas sekaligus licik, yang dengan mudah bisa melihat bahwa AGAMA ADALAH MESIN YANG PALING MUDAH untuk dijadikan tunggangan dalam meraih sebuah tujuan politis. Sentimen agama Islam-Kristen (terutama dengan sejarah permusuhan yang begitu panjang dan kekal) dengan mudah mereka olah sedemikian rupa sehingga umat menganggap bahwa ini adalah perkara kebencian Kristen dan atau Yahudi terhadap Islam. Padahal ini tak lebih dari l’explotation de l’home par l’home! Ini tak bukan adalah homo homini lupus! Manusia menjadi serigala, manusia menghisap manusia lainnya! Inilah penjajahan dengan trik mutakhir! Dan di sini agama sesungguhnya adalah mutlak drive! Sedangkan umat adalah bahan bakar yang begitu mudah dinyalakan! Terbukti betapa membahananya kemurkaan kaum Muslim ketika sampai pada urusan ini. Demikian pula dengan mudahnya kaum Kristen membela Israel untuk kejahatan apapun yang mereka lakukan, karena ZIONIS DENGAN TAK TAHU MALU MEMBAWA-BAWA ALKITAB LENGKAP DENGAN JANJI-JANJI TUHAN terhadap bangsa Israel. Padahal Tuhan sama sekali tidak ada urusan dengan kaum Zionis! Sebagai orang Kristen, saya merasa sangat malu terhadap saudara-saudara Kristen yang begitu mudah dibodohi oleh propaganda Zionis Yahudi. Dan sebesar rasa malu pada umat Kristen, sebesar itulah saya merasa sedih pada umat Muslim yang sama mudahnya dibodohi oleh para pembenci perdamaian, sehingga dari waktu ke waktu permusuhan Islam-Kristen selalu membara dan tak pernah kekurangan bahan bakar lewat peristiwa Israel –Palestina ini. Akhirul kata, dalam komen yang ngudubilah panjangnya ini saya berujar: Dalam hal ini saya hendak berkampanye: MARI KITA BERHENTI MELIHAT PERKARA INI DARI PERSPEKTIF AGAMA! Mari kita lihat hal ini sebagai murni kejahatan kemanusiaan, dengan demikian kita bisa melakukan propaganda untuk menghentikan kejahatan Zionis terhadap rakyat Palestina. Dan terutama melakukan berbagai tindak nyata dalam upaya mencapai persaudaraan dan perdamaian antara umat dua agama terbesar di dunia: Kristen dan Islam.

Bagus sekali, ya? Tak heran saya langsung dipuji-puja:). Namun sesungguhnya bukan pujian atau permusuhan yang menjadi tujuan utama saya. Tulisan ini saya buat berdasarkan keprihatinan, karena tahun berlalu, dasawarsa bahkan milennium berganti, dan itu semua tak membawa perubahan apapun terhadap kebencian Islam-Kristen di Indonesia gara-gara dua bangsa yang berseteru dan saling bunuh, yang terletak nun jauh di sana. Sungguh sebuah ironi yang sama sekali tidak masuk akal, kita BANGSA INDONESIA SALING MEMBENCI gara-gara dua bangsa asing yang mana pertikaian mereka sejatinya tak ada urusan sama sekali dengan kita. Adalah sebuah tragedi bila persatuan dan kesatuan kita bangsa Indonesia menjadi koyak hanya gara-gara masalah politik dua bangsa asing. Saya tidak memungkiri fakta bahwa dalam konteks hubungan Internasional, sebagai bagian dari masyarakat dunia kita bangsa Indonesia harus berperan aktif, terutama mengingat haluan politik kita yang bebas aktif. Namun patut dicamkan, bahwa tidak ada ironi yang lebih besar ketimbang kita berlagak aktif dalam menjaga perdamaian dunia dan pada SAAT YANG SAMA justru kita, bangsa Indonesia, terpecah-belah sebagai akibatnya.

Dan perpecahan itu semata-mata karena hasrat untuk membenci, yang berlandaskan agama yang jelas-jelas tidak ada hubungannya dengan konflik politik Israel-Palestina. Marilah kita aktif menentang segala bentuk kejahatan kemanusiaan, dan menolak untuk dijadikan pion-pion bodoh dengan akibat kita membenci saudara-saudara kita satu bangsa dan tanah air, hanya karena kita terlalu naïf untuk memisahkan agama dengan urusan ini. Bangsa kita musti bersatu, dan Indonesia sama sekali tidak layak dipecah-belah oleh urusan politik orang lain. Jika kita bisa dengan mudah dibuat bermusuhan dengan sesama bangsa Indonesia oleh bangsa lain, maka betapa bodohnya kita sebagai bangsa. Betapa malangnya Indonesia, memiliki rakyat yang lemah seperti kita!

Tuhan melindungi kita dari perpecahan gara-gara agama, Tuhan memberkati Indonesia!

*Artikel ini akan disambung dengan tulisan berjudul 'Tak Mau Jadi Bebal Gara-gara Israel-Palestina' dalam posting berikutnya.



54 komentar:

  1. Opini yang sangat bagus dan cerdas ,semoga berkat Tuhan menyertai Anda .Terima kasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih, Eyang Kakung, baru kali ini saya dibilang cerdas dengan terang-terangan:). Doakan saja banyak yang sepakat dengan saya, sehingga kericuhan masalah ini tidak lagi berlarut-larut. Dengan demikian semakin berkurang faktor yang meretakkan persatuan dan kesatuan NKRI. Tuhan memberkati Eyang Kakung dan keluarga!

      Hapus
  2. siap-siap untuk komentar saya yang bisa dijadikan postingan tersendiri wekekekek

    Mbak May, sebelum saya mulai dengan komentar saya, ijinkan saya untuk mengomen postingan anda yah. Menurut saya, postingan anda kali ini adalah postingan yang cukup berat diantara postingan-postingan sebelumnya, terutama bagian yang dicetak miring. Wow, saya harus membaca beberapa baris berkali-kali, berulang-ulang sampai menemukan apa maksud dari perkataan anda tersebut. Kayaknya, ini akibat dari kedangkalan pikiran saya makanya apa yang Mbak May cantumkan dalam kalimat-kalimat tersebut nggak saya pahami betul dan saya harus baca berulang-ulang *jadi malu* hihihihi

    Ada satu kesalahan besar Bangsa Indonesia yang entah mengapa, terjadi sejak sangat lama namun sampai saat ini masih menjadi tradisi, bahkan terwariskan. Kesalahan tersebut adalah memandang mesra, kagum, bahkan mengagung-agungkan dan terlalu memuja Bangsa lain. Helloooo....anda bisa menghakimi saya sebagai seorang narsistik atau chauvinis sejati. eits, anda sudah tahu arti chauvinis? chauvinis itu adalah rasa cinta dan kebanggaan terhadap etnis sendiri dan sekaligus merendahkan etnis bangsa lain. Syukur Alhamdulilah Puji Tuhan, saya sampai detik ini masih waras dan nggak ada sedetik pun berniat untuk merendahkan etnis dan bangsa lain. Penyakit bangsa ini mungkin akan terselesaikan kalau Bangsa ini adalah bangsa yang paling berbahagia sejagad raya dan melihat dirinya sendiri di dalam Cermin Tarsah *baca Harry Potter untuk tahu apa itu Cermin Tarsah* hehehehe.

    Ya, ini berkaitan dengan Bangsa ini, atau mungkin terjadi juga sih sama orang-orang lain, bangsa lain, di penjuru dunia manapun. Terkadang saya suka geli sendiri sama orang yang terlalu memuja-muja bangsa lain. Kaitan dengan postingan Mbak May, adalah orang yang terlalu memuja-muja Bangsa Israel. Dalam lagu-lagu masa advent, sebutan Israel didengung-dengungkan dengan sangat agung, Bangsa yang terpilih, Bangsa pilihan Tuhan, dll plus ditambah dengan ketidaktahuan antara Israel pada jaman dahulu dengan Zionis modern, maka salah kaprahlah semua orang dalam memahami seluk beluk bangsa ini. Nggak heran, seperti kata Mbak May, ada saja orang yang begitu memuja Bangsa Israel ini. Bahkan, seakan mengamini invasi dan agresi militer yang dilakukan Bangsa itu terhadap tetangga-tetangganya, yang mana salah satunya adalah Palestina. Saya pribadi berpendapat, bangsa ini adalah bangsa penyerobot lahan. Dalam hati kecil saya, mungkin tsunami atau letusan gunung berapi yang meluluhlantakkan pesisir barat wilayah tersebut bisa meredakan suhu dan suasana di tempat itu. Saya masih mau lihat, dengan alam yang bekerja melawan mereka, apakah mereka masih bisa sombong akan kekuatan militernya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Serelah saya telaah lagi tulisan saya di atas, ternyata kecurigaan Lomie pada diri sendiri yang dangkal karena nggak paham-paham juga tulisan saya terutama yang dicetak miring adalah benar adanya. Lha wong semuanya cuma kalimat sederhana tanpa istilah sulit, kok! Hehehe....
      Memandang bangsa lain lebih hebat memang suatu watak khas dari sebuah bangsa dan atau kelompok masyarakat yang pernah dijajah. Itu adalah bentuk logis dari sindroma inferior akibat penindasan mental dan moral (untuk bangsa kita selama lebih dari 3 abad, yang mana sudah terwariskan dari generasi ke generasi, dan abadi hingga kini). Contoh sebaliknya ada pada orang Jamaica dan sebangsanya. Contoh sederhana, mereka tak pernah berkata hanya ME atau I, namun mengulang ME I. Itu karena mereka merasa rendah diri, sehingga merasa perlu mengulangi 'AKU'. Kalau kita sebaliknya, yakni dengan cara memuja bangsa lain, karena bangsa asing dikonotasikan dengan kondisi powerfull, superb, dll. Nah, inilah yang musti kita kikis sedikit demi sedkit, karena kalau perkara ini bisa diwariskan dari generasi ke generasi, pasti juga bisa dikikis dari generasi ke generasi.

      Hapus
  3. Yang kedua tentu anda tahu donk. Tetangganya Israel yakni Bangsa Arab. Saya rasa, nggak terhitung juga berapa banyak orang yang memuji-muji, mengagungkan, bahkan menyebut namanya dengan sangat mesra, sebagai bentuk kecintaan berlebihan akan Bangsa satu ini. Segala sesuatu yang dimiliki Arab, begitu dicintai oleh banyak penduduk Bangsa ini. Mulai dari adatnya, kebiasaan, hingga pakaian, dan tradisi yang mungkin sudah berlangsung semenjak jaman jahiliyah berada! Saya cuma bisa geleng-geleng kepala saja kalau ketemu orang macam ini, yang sudah pasti nggak bisa membedakan antara Arab sebagai bangsa, dan Islam sebagai agamanya. Kalau ada berita-berita soal pemerkosaan TKI di Arab, SAYA DENGAN SANGAT HERANNYA, ada saja komen-komen yang bersifat pro dan kontra! Lah? sudah jelas-jelas ini suatu kejahatan, masih saja ada diskusi (lebih tepat disebut baku hantam dalam polemik) pro dan kontra akan persoalan ini. Maaf-maaf saja yah, paham Patrilineal yang dibawa hingga saat ini sangat merugikan kaum wanita. Saat terjadi kekerasan seksual dalam kasus pembantu rumah tangga di Arab (atau dimana saja) sana, nanti yang disalahkan adalah si pembantu yang konon katanya menggoda majikan. Hmm..nggak ada sudut pandang lain yah? Chauvinisme kelaki-lakian sangat berperan disini. Maaf sekali lagi, kenyataannya, wanita dipandang -dan masih hingga saat ini- sebagai makhluk kelas dua yang mana dosa dan kesalahan selalu berada di sekitar mereka. Padahal, laki-laki dan perempuan sama-sama manusia, bisa melakukan kesalahan yang sama. nggak ada bedanya.

    Bangsa lain yang diagung-agungkan lainnya adalah China. Saya melihat sosok ini nyata dalam diri Ibu saya sendiri. Hahahaha. Terkadang sangat menggelikan melihat seseorang yang begitu antusias membanding-bandingkan Bangsa China dengan Bangsa Indonesia. Terlihat kemajuan besar dalam hal perekonomian, pembangunan dan teknologi yang dicapai oleh Bangsa China. Tapi akankah tepat untuk disejajarkan dengan bangsa ini? Okelah, China memang sangat berhasil menjadikan dirinya sebagai salah satu Bangsa yang diperhitungkan dalam kancah per apa saja di dunia ini. Oke, nah, saya sendiri memang warga keturunan China, namun sama sekali nggak ada kaitan apapun dengan negara tersebut. Saya lahir disini, saya asli Bangsa Indonesia. Saya nggak ada kaitan sama sekali dengan bangsa tersebut. Ya, saya masih satu etnis dengan Bangsa China, namun soal negara? Kesetiaan saya jelas pada Indonesia, dan saya bisa berbangga hati karena mengatakan ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hah???!!! Pro pada kasus perkosaan? Maksudnya? Bisa jelasin nggak? (akibat tak pernah nonton tivi kecuali Sponge Bob). Ngomong-ngomong soal memuja Arab, jadi ingat si Paijo (itu lho, si anak Libya)pernah komen soal ini. Dia bilang ,"Lebih Ehmida Abdl Aziz daripada Ehmida Abdl Aziz". Maksudnya, lebih Arab ketimbang si Arab itu sendiri, hihihi.... Memang male chauvinism sangat kental dalam budaya Arab. Seringkali diakibatkan salah tafsir terhadap ayat-ayat dalam kitab (itu yang saya dapat dari hasil diskusi dengan teman-teman Arab asli). Contohnya, masih banyak sekali anak-anak muda yang bahkan sudah sekolah di begara-negara barat yang masih percaya bahwa perempuan yang berkarya di luar rumah cenderung meimbulkan masalah karena OTAK MEREKA SEBENARNYA NGGAK MAMPU:). Asli, bener-bener bikin geli. Mau emosi sampe nggak bisa:).
      Masa sih bangsa Indonesia mengangung-agungkan bangsa Cina? Kayaknya yang begitu cuma yang keturunan Cina, deh. Itupun nggak semua (Lomie salah satunya). Eh ada cerita nih. Darah saya kan campur-campur, meskipun kalau kenalan dengan orang saya pasti ngaku JAWA ASLI DAN TAK SEORANGPUN PERCAYA:). Di antaranya darah Jawa, Belanda, Cina, dan Persia. Kalo boleh milih saya pasti lebih suka jadi inlander seratus persen. Tapi sayangnya kita nggak bisa milih siapa nenek moyang kita. Dan saya paling malu kalau mengakui bahwa dalam tubuh saya ada darah penjajah:). (Btw, ini juga bahan paling mengasyikkan untuk menggoda bu Tutuk selain perkara Bunda Maria dan segala patung itu):).
      Tapi yang paling bikin sebel adalah kalau ada yang memuji-muji Malaysia dan mengatakan mereka jauh lebih baik ketimbang kita. Rasanya pengin 'ngruwes' bibir si pemuja Malaysia itu:).

      Hapus
    2. iya donk mbak, Bangsa Indonesia ada yang pemuja Bangsa Cina. Bangsa Keturunan Cina di Indonesia kan banyak. lumayan nggak bisa dihitung kan yang memuja Bangsa Cina di Indonesia sendiri? hihihi...

      soal pro pada kasus pemerkosaan, contohnya saja pada kasus pemerkosaan serta pembunuhan Livia. Dari semua komen yang menabah2kan sang Ibunda, tiba-tiba saja ada komen yang "mengkafirkan si Livia" dan mengutip sejumlah ayat mengapa sang kafir harus di"musnahkan"~salah satunya adalah kenapa pemerkosaan dan pembunuhan tersebut bisa sampai terjadi dan dianggap wajar. Walaupun memang ada komentar dari pengguna lain yang menetralkan dengan mengatakan bahwa ayat tidak bisa dikutip dan dipenggal secara sembarangan, namun dengan cukup jelas ini menunjukkan ada pola berpikir seperti itu di luar sana. Terlepas dari agama apapun yang dianut oleh sang pengomen pertama dan pengomen kedua serta agama dan ras si Livia. Ini sudah jelas-jelas suatu kejahatan bukan? Yang membuat saya ngeri adalah ada orang-orang yang memiliki pola pikir seperti itu di luar sana, "menghalalkan pembunuhan dan pemerkosaan dengan alasan si korban adalah seorang kafir". Sama saja dengan sang pendeta di gerejanya Mbak May yang melegalkan invasi militer Israel ke wilayah Palestina dengan dasar bahwa itu adalah tanah terjanji. Pola pikir seperti ini pastinya nggak cuma dianut oleh satu atau dua orang doank, saya jamin. Agak ngeri yach?

      Hapus
    3. Saya kok malah lupa, bahwa selama ini saya juga kagum dengan bangsa Cina:). Tapi nggak sampai memuja, sih. Yang saya kagum dari mereka adalah kemampuan mereka untuk menahan diri dari segala derita dan tekanan. Sikap mereka yang dingin terbukti justru berpengaruh positif terhadap determinasi mereka yang tinggi. Bukti sederhana adalah kalau kita lihat pertandingan badminton. Ekspresi dan tekad mereka benar-benar lain daripada pemain-pemain dari negara manapun. Belum terhitung kemampuan mereka untuk maju terutama pasca era Mao Tze Tung. Ditambah lagi mereka boleh dibilang sebagai bangsa penemu ini-itu, dari bisang kuliner sampai militer.
      Tidak bisa dipungkiri bahwa masih banyak orang Indonesia yang di lain pihak melecehkan etnis Cina (saking memandang remehnya sampai-sampai keturunan Cina di Indonesia sendiri nggak mau dibilang Cina. Maunya Tioghoa. Nggak ada juga restoran atau orang yang menyebut 'Masakan Cina'. Pasti Chinesse food. Belum presenter berita di tivi juga tak pernah melafalkan 'CINA' melainkan 'Caina' a la lidah bule. Aneh, ya?:). Namun sejatinya, dengan nasib memiliki banyak darah campuran di antaranya Jawa, Belanda, Cina, dan Persia, saya lebih bangga punya darah Cina ketimbang Belanda. Kalau boleh memilih saya malah lebih suka jadi keturunan inlander kuli jaman penjajahan ketimbang kelas priyayi keraton dari Kakek tapi dapat sumbangan darah penjajah dari nenek.Saya sadar bahwa di titik ini saya agak bodoh:), tapi sentimen negatif saya terhadap penjajah Belanda justru sebaliknya membangkitkan kecintaan saya terhadap negeri saya, Indonesia. Memang selalu ada hikmah dalam setiap perkara, ya.
      Oh ya, saya malah nggak tau kasus Livia. Apaan, sih?:). Tapi kalau yang saya tangkap secara umum dari komen yang menyetujui pemerkosaan berdasarkan ras dan agama, memang itu bukan 'kesintingan' paling mutakhir. Ras dan agama (dengan ayat-ayat 'pedang' kalau menurut saya) memang rawan ditafsirkan secara salah, terutama oleh mereka yang pada dasarnya punya bakat jadi iblis. Masih ingat kasus pemboman masjid di mana gitu lupa, di mana pelakunya bahkan ngatain orang tuanya sendiri kafir? Gara-garanya cuma karena orang tua si pelaku memiliki paham Islam yang berbeda dan menghormati Pancasila serta UUD 1945.
      Dan di luaran sana memang banyak yang masih berpikiran seperti itu. Pada dasarnya hati mereka busuk, lalu cari-cari ayat yang kira-kira bisa melegalkan kebusukan mereka, dan begitu nemu langsung deh dipelintir seenak jidat.
      Oh, memamng sungguh berat beban yang musti ditanggung oleh Indonesia......

      Hapus
    4. Hihihi...saya mau ralat dikit deh mbak. Saya pernah berdebat tentang Penjajah Belanda di Pulau Rinca, Nusa Tenggara Timur. Kayaknya saya pernah ngomong tentang ini ke Mbak May deh. ADa salah satu ranger yang berkata "coba kita dulu dijajah Inggris bukannya Belanda". Wah, kesempatan ini nggak saya sia-siakan untuk menghajar pemikiran orang tersebut. Sudah cukup bodoh dia minta milih penjajah, masih ditambah dengan pikiran 'dijajah' bukannya menjadi bangsa yang merdeka. Emangnya kalau kita dijajah Inggris trus kehidupan kita akan jauh lebih baik? emang ada jaminan itu? kalau ada jaminan itu, silahkan deh Inggris menjajah kita. SEKARANG JUGA! Nah, Mbak May bisa ngelihat nggak sebodoh apa saya disini?

      Output dari penjajahan memang tampaknya menghasilkan sikap yang inferior seperti yang Mbak May bilang. Namun, kenapa itu nggak terjadi pada sebagian besar masyarakat kita yang nyata-nyatanya berhasil dan sukses bergerak di bidang yang sesuai dengan talentanya dan plus mengharumkan dan memajukan Indonesia? Sido Muncul mungkin salah satunya. Mereka hidup di jaman penjajahan dan merasakan bagaimana getirnya hidup jaman itu. Tapi koq mereka bisa keluar jadi pemenang saat ini? Adakah kesimpulan yang ditarik dari gambaran ini? Saya pribadi sih berkesimpulan mereka yang mengeluarkan statement demikian, memang pada dasarnya malas dan ngga mau maju. Maaf saja yah, kalau sudah malas, obatnya sudah nggak ada. Maaf maaaf saja.

      Trus, Belanda itu kan menjajah Indonesia sudah lebih dari 60 tahun yang lalu. Saya pribadi sih ga terlalu peduli akan seseorang itu darahnya mau darah priyayi atau darah jelata, Belanda, Cina atau asli Indonesia (diperluas : Minang, Gayo, Batak, Jambi, Lampung, Dayak Iban, Dayak Ngaju, Dayak Kayan, Dayak Ot Danum, Banjar, Bugis, Minahasa, Bajo, Mandar, Kulawi, Gorontalo, Jawa, Sunda, Madura, Osing, Banyumasan, Cirebonan, Banten Kulon, Bali, Lombok, Sumbawa, Sumba, Rote, Manggarai, Ende, Sikka, Lamaholot, Timor, Dawan, Kei, Seram, Saumlaki, Ternate, Tidore, Halmahera, Dani, Asmat, Marind, Biak, Korombai, Korowai, Agats, Serui, Amungme, Komoro, dll). Penjajahan itu masa lampau. Sejarah layak dipelajari tapi itu harusnya sama sekali nggak mendoktrinasi dan menstigma seseorang sesuai dengan labelnya tersebut. Selama orang itu berbuat benar, jujur, mau maju (contohnya kayak Mbakyuku satu ini), nggak ada yang peduli darah mereka dialiri darah dari suku,etnis apapun. Setuju ya mbak ? :D

      Hapus
    5. Nambah ah.

      Mbak May tahu saya benci banged sama orang yang katakanlah merendahkan etnis Papua dan dengan bangganya mengklaim dia adalah seorang Jawa, pada cerita yg sebelumnya saya sampaikan. Apalagi ada seseorang yang secara kasar dan langsung di depan saya mengatakan kepada saya "Dasar Cina!". Hmm...saya sendiri nggak anti sama sebutan ini. Saya bahkan bangga mengatakan bahwa sayalah seorang CINA. bukan Caina seperti pelafalan bule itu. hehehe. Masalahnya adalah, sentimen etnis Cina mungkin adalah sentimen etnis tertinggi selama saya hidup di Indonesia ini. Saya bahkan pernah ketemu anak kecil usia 4-5 tahun. Sama-sama belanja di warung. Dia belanja duluan daripada saya, trus begitu selesai ketemu saya dan dia langsung menggumamkan "Cina". Wow! Saya rasa orang tuanyalah yang sangat "berjasa" membantu mengembangkan pola pikir anak tersebut hingga berpikir seperti itu.

      Peristiwa paling mutakhir, adalah ketika seseorang pengendara menyerempet mobil saya. Ketika saya minta berhenti, ia nggak berhenti, saya pukul2 lah kaca mobilnya, ia turun dan ngomel2. Perdebatan tersebut memanas hingga puncaknya ia tiba-tiba mulai main tangan menarik kerah saya dan mengatakan "Dasar CIna!". Locchhhh???? atas dasar apa tiba-tiba keluar omongan tersebut? Saya dari tadi nggak ngata-ngatain etnisnya dia loh. saya cuma mau dia minta maaf. intinya kan dia sudah berbuat salah. Kalau salah ya minta maaf, kalau nggak punya duit, mendingan ngaku aja, daripada lo ribet2 narik otot ngamuk2. Sembari hampir menonjok saya, saya teriak "Lo berani nyentuh gue, tangan lo gue patahin!". Untung saat itu dia nggak berani nyentuh saya dan keburu dilerai sama keluarganya (ujung ujungnya orang itu minta maaf karena sudah menyenggol mobil saya, tapi tetep loh dia mengatakan itu dengan muka marah). hahahaha. sampai saat ini, saya nggak bisa berhenti senyam senyum kalau inget kejadian itu. Lucu sih menurut saya, masih ada orang dengan pemikiran yang yah...seperti itu. Saya sadar bahwa saya ini Cina dan posisi saya sebagai etnis Cina di negeri ini, yah Mbak May sama-sama tahu, cukup kurang menguntungkan. Aih, untungnya teman-teman justru mengenal saya sebagai orang yang Paling Indonesia bahkan diantara para teman-teman saya yang pribumi sendiri. Hihihi. Mereka menguatkan saya dan memberikan saya peneguhan. Jujur, saya terharu pada bagian ini.

      Hapus
    6. Saya tambah bodoh, karena harus baca berulang-ulang paragraf di mana Lomie bangga menjadi orang bodoh, baru bisa menyadari di mana letak kebodohan Lomie. HIDUP BODOH!!!!:). Inferior syndrom yang saya maksudkan sebenarnya seringkali nggak ada kaitan dengan etos kerja, namun lebih ke hal-hal yang misalnya gini: ada anak SMK dengan hebatnya bikin mobil, eh, malah ada sebagian yang nggak percaya terus dengan anehnya bilang: "Bangsa Korea dan Jepang yang sudah demikian maju aja nggak bisa begini-begitu, kok malah anak SMK dari Indonesia bikin karya sehebat itu." Lhaaaa????!!! Sampai detik ini saya nggak bisa kasih komen yang tepat untuk sinisme yang dikolaborasikan dengan keminderan luar biasa itu. Contoh lainnya misalnya bikin lelucon yang nggak lucu seperti ini:
      Orang Rusia: kami adalah orang yang mendarat di bulan pertama kali.
      Orang Amrik: kami akan mendarat di Mars pertama kali.
      Orang Indonesia: kami akan menjadi orang yang mendarat di matahari pertama kali.
      Orang Rusia dan Amrik: Gimana bisa, bro? Kan panas banget?
      Orang Indonesia: kami nggak bodoh, tau. Kami kan bisa ke sana pas malam hari.
      Yang membuat dan mengira ini lelucon yang lucu pasti punya banyak masalah dalam masa remajanya, mungkin dipalak atau digencet seniornya, nggak tau deh.

      Sikap-sikap rendah diri macam itulah yang saya maksudkan. Kalau saja kita punya rasa percaya diri dan nasionalisme yang cukup, pasti IPTN nggak akan amblas seperti sekarang. Saya sediiiihhhhh.... banget kalau mikirin IPTN. Oh ya, mengenai perkara rendah diri ini sudah saya siapkan dalam posting yang akan datang, mungkin dua atau tiga minggu lagi. Jadi kalau saya bahas di sini kan jadi berkurang unsur menggemaskannya:).

      Hapus
    7. Omong-omong soal sentimen terhadap etnis Cina, saya punya banyak sekali cerita lucu. Ini yang pertama: beberapa tahun lalu saya rajin latihan bowling dengan beberapa teman cowok saya. Nah, dari kelompok kami ada satu cowok Cina. Singkat kata, suatu hari sehabis latihan teman-teman saya terlibat baku hantam dengan gerombolan cowok lain. Berhubung saya cewek sendiri, maka saya rapat pinggir sambil nonton. Rupa-rupanya temen-temen saya di atas angin, dan teman yang Cina tersebut berhasil menjotosi seorang cowok yang sama sipitnya. Lalu si cowok korban jotosan berteriak begini,"Ampun, Mas. Mas, ampun, mas." Temen saya yang Cina tersebut balas teriak, "Mas, mas, gundhulmu, mas! Sama-sama Cinanya dipanggil Mas." Kebayang nggak sih penderitaan saya harus menahan tawa karena saya punya kewajiban moral menjaga wibawa teman saya?:).
      Cerita yang kedua adalah, selama lebih dari 15 tahun ini saya punya sahabat etnis Cina. Tapi kulitnya hitam, sampai dia bilang "Aku ini Cina 5 watt:)". Kalau kami jalan semua orang menyangka saya yang CIna dia yang Jawa. Nah, suatu hari, kami jalan bersama atau gimana, gitu, lalu ada pengendara sepeda motor hendak nyerempet si CIna 5 watt sahabat saya itu. Nyaris jatuh gara-gara pengendara ugal-ugalan tanpa helm yang ternyata Cina itu, teman saya spontan teriak: "DASAR CINA EDAN!!!". Saya langsung ngakak terpingkal-pingkal di muka umum tanpa bisa dihentikan siapapun. Si Cina 5 watt malah melongo dan bertanya (setelah saya usai ketawa): "Lucunya di mana, sih, May?". Saya sambil memegang perut yang masih sakit cuma bisa bilang,"Memang dasar kamu Cina edan." Hehehe...masih banyak sebetulnya, cuma capek ngetiknya:).
      Oh ya, saya sudah cerita sama teman-teman dan saudara-saudara saya kalau saya punya teman di dunia maya yang punya blog tentang Indonesia dan sangat mencintai Indonesia. Kalau Lomie denger puji-pujian saya yang setinggi langit, pasti kepala Lomie bakal menggelinding, deh, saking besar dan beratnya:). Tapi ada yang komentar gini, lho, "Cina yang aneh." Menurut saya komen itu lucu sekali, entah menurut Lomie:).

      Hapus
    8. hahaha sebenernya saya sendiri juga gemar menyerukan sentimen anti-CINA. Ya, saya melakukannya terhadap etnis saya sendiri, sekaligus untuk menyindir sekaligus juga untuk lucu-lucuan saja. Kayak misalnya saya lagi berkendara di sekitar Jembatan Lima yang didominasi etnis Cina, tiba-tiba saja ada yang menyalip seenak jidatnya yang membuat saya menggumam "DASAR CINA!". hahahha. kali lain, terhadap orang pelit (yang sudah pasti8 matanya sipit dan berkulit kuning), saya juga gemar mengucapkan "Dasar CINA!". mudah-mudahan perilaku ini bukan disebut auto-chauvinisme ya mbak...hihihihi

      hmmm...saya tersanjung loh disebut sebagai Cina yang aneh. hihihihi. Setau saya, jarang orang Cina bisa melakukan apa yang saya lakukan. Kalau etnis pribumi sih wajar dan banyak. saya pernah lihat beberapa dari mereka masuk kick Andy dan diwawancarai. *narsis dikit disini boleh lha yaaaa :p* Namun saya? wow, saya bangga disebut sebagai Cina yang aneh, yang nggak ngefans atau bahkan menyebut dengan mesra negara RRC sebagai negara terhebat, atau secara lebih sederhana, menjadikan Hongkong dan Makau sebagai tujuan wisata favorit. hahahahaha.

      wah, pembahasan soal etnis kayaknya harus distop disini. daripada ntar saya melantur kemana-mana. emang ngeri sih ya mbak ngomongin soal etnis, terutama ke orang yang nggak bisa berpikiran terbuka. tertawakan sajalah suatu stigma yang melekat pada suatu etnis. gpp. menertawakan diri sendiri itu sehat koq. nggak usah lah singgung tersinggung. hari gene masih suka tersinggung. sensi amat sih kalau anak muda bilang. hehehehe. bagaimanapun kita (semua orang) berbeda, nggak mungkin ada benang merahnya lah. mau diomongin gimana pun nggak ada ujung pangkalnya. Yang musti diterima itu hanya perbedaan yang sudah ada dan gimana menerimanya menjadi satu ekosistem yang sehat. hohohoho....tuh kan saya makin ngelantur lagi. udah ah :p

      Hapus
  4. Masih banyak contoh-contoh negara lainnya, salah duanya adalah Jepang dan Amerika Serikat. Ya, balik lagi sih, sebenernya itu hak-hak pribadi tiap orang mau ngefans atau mengagung-agungkan suatu negara (dan Bangsa) -termasuk saya yang mengagung-agungkan Bangsa Indonesia ini- hihihihi. Masalahnya, anda lahir di Indonesia, coba lihat dari kacamata ke_Indonesia_an lah. Jangankan negara jauh seperti Arab, Israel, Jepang, China, atau Amerika Serikat! Negara Serumpun seperti Malaysia saja sudah memiliki perbedaan yang sangat nyata dengan Indonesia, nggak mungkin sama. Kalau masih terus berbangga-bangga diri akan negara dan bangsa lain sih saya cuma memberikan pandangan mencela dan mengatakan di dalam hati "Kesian deh lu, nggak lahir di negara sana. cih". Balik lagi, setiap orang berhak untuk mencari yang terbaik dalam hidupnya. Kalau sampai mau pindah negara dan kewarganegaraan ya wajar-wajar aja, toh Indonesia nggak bisa memberikan semua itu kepada orang yang berpindah itu, mungkin begitu kesimpulan saya. Namun, di luar dari bobroknya transportasi, bobroknya pemerintahan dan busuknya politikus di negara ini, entah kenapa hingga saat ini saya masih memiliki kepercayaan bahwa semua itu akan bisa terlewati. Bukan dengan fanatisme semu layaknya mengatakan bahwa Indonesia adalah Atlantis yang hilang blablabla. Saya memiliki keyakinan, kerja keras dan tekad serta semangat yang kuat bisa mengentaskan segala persoalan yang membelit bangsa ini. Yah, berjuang ya pertama bisa mulai dari diri kita sendiri, melakukan yang terbaik untuk diri sendiri dan lingkungan sekitar. Ah, basi banget sih saya ngomong kayak gini. Namun ya semua itu memang harus dalam bentuk nyata, bisa dimulai dengan tidak melakukan provokasi, melakukan tindakan nyata bangga sebagai Bangsa Indonesia -bukan cuma mengenakan batik-, tidak merusak fasilitas umum, atau mengajar anak-anak kolong jembatan seperti postingan Mbak May beberapa waktu lalu. Terlalu berat? hidup jujur dan lurus aja dulu deh, itu sudah awal yang bagus :) kalau saja -lagilagi- kalau saja semua orang melakukan hal yang sama. Utopia yang diidam-idamkan bukan nggak mungkin akan terwujud. Akan sangat basi kalau saya berkoar-koar Indonesia memiliki kekayaan alam berlimpah, suku bangsa yang sangat heterogen, bangsa yang tersenyum, keindahan alam, peninggalan kebudayaan dan keajaiban alam tiada tara dan blablabla lainnya. Basi banget. Bisa-bisa yang denger tidur semua. Seperti yang pernah kita bahas, berita baik sama sekali nggak seksi. Hihihi. Yang diperlukan lebih dari sekedar ngemengnya itu. hihihi. hidup jujur, lurus dan berkarya yang terbaik (bisa dengan berbagai cara) untuk diri kita dan lingkungan bisa menjadi awal yang bagus.

    ah lagi-lagi saya ngemeng gak karu-karuan...saya sudahi saja komentar ini sebelum ditimpuk sendal sama Mbak May :p

    singkat kata dari semua ceracauan saya yang nggak jelas itu : coba deh, cintai bangsa dan negara tempat anda berada sekarang!

    Tiba-tiba saya jadi inget etnis mayoritas di negara ini pun pernah bersikap chauvinis dengan merendahkan etnis lain yang terletak di ujung timur sana. ah, bisa-bisa saya ngomel-ngomel berkepanjangan lagi deh...*fiuh*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yakinlah, nggak ada yang basi dari mengatakan 'Indonesia kaya raya, gemah ripah loh jinawi, luar biasa heterogenismenya, dll' Karena memang itu faktanya. Yang jadi masalah ada banyak orang yang lebih suka melihat hal-hal yang buruk ketimbang yang baik. Jadi ingat dulu saya pernah berdebat sengit dengan seorang guru anak sulung saya. Anak saya dapat tugas untuk mengobservasi keadaan sekitar. Lalu dalam karangannya dia bilang, yang dia lihat adalah sawah yang hijau, sungai yang jernih,dll (karena sebelumnya jalan-jalan dulu ke daerah pegunungan), mobil-mobil, gedung bertingkat, dll.Kemudian tulisan anak saya dibantai habis-habisan oleh si guru. Katanya, kenapa kamu nggakmelihat orang-orang yang miskin? Jalan-jalan yang rusak? Dll? Dsb? Kontan saya nggak terima, langsung datang ke sekolah dan main damprat. Intinya, saya mendidik anak saya untuk melihat hal-hal yang positif. Kenapa sekolah justru mengajar anak saya melihat hal-hal yang negatif? Lalu apa gunanya sekolah kalau membuat anak memiliki mental pesimis seperti itu? Dll.
      Hasilnya kelihatan, kalau ada acara bagus di tivi nggak laku. Karena 'berita bagus itu nggak seksi' adalah hasil pendidikan yang konsisten mengenai 'melihat dari kacamata negatif'. Nah, itu juga yang harus kita kikis dengan berbagai cara. Cara saya adalah lewat tulisan, terutama di sini, dan tiap kali ngobrol dengan teman-teman. Cara paling sederhana yang lain adalah lewat cara didik anak, Kalau itu dijalankan dengan konsisten, lambat laun 'berita bagus itu seksi' bakal terwujud (nyaris menulis 'Yuanita Maya itu seksi'. Untunglah saya segera sadar kalau bodi saya rata:)).
      Eh, bangsa kita merendahkan etnis di timur sana gimana? Kok berenti sampai di sini? Ayo lanjutkan. Ngomel juga nggak pa-pa *penasara*

      Hapus
    2. hmmmm saya jadi penasaran gimana kelanjutannya tuh mbak ngedamprat si guru tengik itu? *loh jadi ikutan nyalahin* hahaha

      Wah, beritanya udah cukup lama mbak, tapi ini terjadi di dewan perwakilan rakyat. Saya nggak terlalu inget ngebahas tentang apa, namun dari perdebatan sengit itu tiba-tiba saja seorang wakil fraksi yang berasal dari Jawa, ngomong begini ke wakil lain yang berasal dari Papua. "Makanya mbak, menikahlah dengan orang Jawa untuk perbaikan keturunan". Saya nggak perlu lanjutin, Kalau saya ketemu orang yang ngomong begini, mau saya colok matanya pakai Koteka.

      Hapus
  5. Memangnya orang Jawa cakep semua?:). Jadi ingat Tante saya Bu Tutuk yang sangat membanggakan darah belandanya. Kebetulan bapaknya alias embah Kakung saya menikahi empat wanita (rajin, ya?:)). Kakek saya sendiri tinggi besar, ganteng, gagah, tampangnya tipikal bangsawan gitu. Dan dari empat perempuan yang dinikahinya dan memberinya keturunan memang yang paling 'heboh' adalah yang beliau dapat dari Ibu Poppy Trouuwerbach alias simbah putri saya. Lalu bu Tutuk bilang: "Coba nggak dapat Belanda, pasti hasilnya nggak sebagus ini." SAya bantah: "Justru si Belanda kawin dengan pribumi untuk menyelamatkan keturunan. Coba perhatikan saudara-saudara Oma Poppy yang menikah dengan orang-orang Belanda asli, hasilnya jelak-jelek semua." Intinya, nggak ada ras satu yang lebih unggul ketimbang ras lain. Yang benar adalah: ras campuran biasanya menghasilkan keturunan yang lebih baik. Ternyata sulit ya menghilangkan rasa rendah diri atau sebaliknya kebanggan diri yang berlebihan? Eh kita kok malah jadi ngobrol begini, ya?:).

    BalasHapus
    Balasan
    1. balik lagi sih mbak, ini memang masalah klasik dunia. kalau perasaan inferior dan superior itu sudah tidak ada sejak jaman dahulu, yang jelas penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan! Maksudnya, penjajahan itu tidak akan pernah ada dan DUnia pasti sangat utopis :D mungkin tiap hari kita akan menari dan menyanyi, nggak perlu kerja karena semua sudah disediakan alam kali ya...wekekekek

      kadang-kadang berita apapun di Yahoo kalau sudah nyangkut agama memang seru. Bagusnya sich yah, setiap orang, agama apapun yang mereka anut, nggak usah merasa terlalu kepedean akan agama tersebut. Bahaya. Apalagi mereka-mereka yang nggak bisa menerima "hadirnya Tuhan lain" dalam peri kehidupan mereka. Jangankan Tuhan beda agama! Tuhan beda sekte saja sudah dianggap lain! Nah loh! ini yang bodoh memang agamanya atau mereka yang sebegitu mudahnya didoktrinasi sih?

      Hapus
  6. sebagai bentuk kecintaan berlebihan akan Bangsa satu ini. Segala sesuatu yang dimiliki Arab, begitu dicintai oleh banyak penduduk Bangsa ini. Mulai dari adatnya, kebiasaan, hingga pakaian, dan tradisi yang mungkin sudah berlangsung semenjak jaman jahiliyah berada!
    -------------------------------------------------------------------------------
    saya sebagai muslim rasanya bukan mengagungkan bangsa arab, atau meniru bangsa arab...tapi lebih meniru ke arah jungjungan saya Nabi besar Muhammad SAW..
    apakah dari segi penampilan ataupun apa..itu tidak salah, dari pakaian jelas harus di tiru seperti menutup aurat, karena itu perintah,,jadi kl ga ngerti ga usah geleng2 kepala..dalam agama Islam jelas ada tata cara..
    tolong d pahami antara memuji bangsa lain dan memuji / mengagungkan seseorang yang menjadi jungjungan...biar anda tidak geleng2 kepala,,,
    ngakak sekali saya baca komen anda ini..kalo ga ngerti ga usah pake geleng2 kepala, justru saya yang harusnya geleng2 kepala melihat orang macam anda..
    ga ngerti tapi maksain so ngerti...

    BalasHapus
  7. Saya baru menyadari bahwa ternyata ada yang emosi:). Bersyukurlah bahwa Dablink meniru junjungan anda yakni Nabi Muhammad SAW. Tapi itu menghapus fakta bahwa di luar sana banyak orang yang mengagung-agungkan segala yang berbau Arab seakan-akan Arab adalah Islam itu sendiri. Demikian banyak yang mengagung-agungkan bangsa Yahudi dan membenarkan segala perilaku mereka seakan-akan Yahudi adalah TUHAN itu sendiri. Itu sebabnya sebagai orang Indonesia yang menganut agama 'impor', kita musti ingat nasihat Din Syamsyudin, kira-kira begini: "Jadilah orang Islam Indonesia, bukan orang Islam Arab. Kristen Indonesia, bukan Kristen Yahudi (padahal Yahudi kebanyakan agamanya bukan Kristen:)), Hindu Indonesia, bukan Hindu India, blablabla."
    Demikian saya menengahi, sehingga tidak terjadi baku emosi:). Pissss..... *kebelet pipis*

    BalasHapus
  8. Eh maksud saya, itu TIDAK menghapus fakta bahwa di luar sana blablabla....

    BalasHapus
  9. Perspektif yg bagus. :)

    BalasHapus
  10. Ada beberapa hal yang menurut pemahaman saya (maaf ya), bahwa menyalahkan sebuah negara adalah hal yang salah. Bahwa apa yang dilakukan suatu negara untuk melindungi rakyatnya, dan itu tidak bisa disalahkan sepenuhnya. Dalam salah satu strategi permainan bola (mungkin diadopsi dari strategi perang) ada yang menggunakan strategi ‘pertahanan yang terbaik adalah dengan menyerang’. Alasan strategi ini tentunya digunakan dalam situasi dan kondisi wilayah tersebut. Bisa saja satu bangsa menggunakan strategi tersebut dikarenakan bangsa lain disekitarnya tidak menyukai mereka. Tetapi, dalam satu negara, TIDAK SEMUA menyetujui cara-cara seperti itu. Ada juga orang-orang dalam suatu kelompok (dalam negara) yang fanatik dengan cara dialog perdamaian untuk menyelesaikan permasalahan. Namun ada juga orang-orang dalam suatu kelompok (dalam negara), hanya karena gengsi, ambisi kekuasaan dan egoismenya maunya harus mengunakan kekerasan untuk menyelesaikan suatu permasalahan.

    Mengobati penyakit suatu negara bukan dengan ‘melenyapkan’ suatu bangsa. Saya tidak mengetahui ‘alasan dasar’ suatu negara melakukan sesuatu hal untuk melindungi rakyatnya. Tetapi yang pasti bahwa setiap bangsa (manusia) menginginkan kehidupan yang aman dan damai. Bahwa tujuan dari semua agama yang ada di dunia ini untuk kehidupan yang rukun dan damai. Tidak ada suatu agama yang menyuruh untuk membunuh manusia ‘secara fisik’. Yang saya kagumi dari semua agama di dunia ini adalah mengajarkan cara menyelesaikan semua masalah dengan KASIH. Kenyataan sekarang, kata KASIH itu seakan-akan hanya milik agama Kristen saja. Kasih itu milik semua agama dan milik semua bangsa yang ada di dunia ini. Juga, jangan hanya karena agama (padahal agama tidak mengajarkan cara seperti itu), sebaga bangsa kita terpecah-pecah dalam permusuhan. Saya setuju dengan mbak May soal agama ini.

    Untuk itu saya hanya ingin menyampaikan pendapat saya bahwa kita semua sebagai satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa dalam kebhinekaan, kita buang jauh-jauh rasa egois kita sebagai suku, ras dan agama kita. Kita urus dulu bangsa dan negara kita sendiri. Negara kita masih lebih banyak permasalahannya dari pada negara lain. Dan, saya yakin bahwa kita semua mempunyai satu pikiran mengenai masa depan Indonesia, di mana kita semua harus mengambil bagian. Perbedaan pendapat di antara kita tentunya tidak mungkin kita hindarkan. Tapi, tujuan kita tetap sama, yaitu mempertinggi derajat Indonesia, dan kita masing-masing menjadi pejuang untuk tujuan kita itu.

    BalasHapus
  11. Bung Albert Najoan seperti Mpok Minah,ya, belum-belum sudah minta maaf, hihihi... Ya, Bung, dalam hal ini nampaknya yang kena dengan pendapat Bung soal melindungi rakyat adalah bangsa Palestina tersebut. Terlebih bila dilihat dari pendudukan awal Zionis pada tanah Palestina yang penuh tipu muslihat keji dan sama sekali tidak berperikemanusiaan. Saya pula tidak membenarkan pembunuhan yang dilakukan oleh bangsa Palestina terhadap bangsa Yahudi, terlebih anak-anak. Dalam hal ini kedua belah pihak sama saja. Namun nampaknya mereka sama-sama keras kepala. Kalau saja semua duduk bersama dengan kepala dingin dan benar-benar komit dengan kesepakatan damai, maka anak-anak bisa tumbuh dengan tenang tanpa trauma berkepanjangan.
    Dalam konteks Indonesia, yang jadi masalah memang bukan semata perkara kemanusiaan yang diinjak-injak, namun lebih dari itu adalah sentimen agama. Kalau sudah bicara agama memang seringkali mata hati dan logika jadi buta. Saya setuju bahwa segala sentimen musti dihapuskan (itulah point tulisan di atas). Dan musti kita ingat, bahwa dalam Pembukaan UUD '45 serta sila ke dua Pancasila sudah jelas tersurat dan tersirat bahwa tugas kita sebagai bangsa Indonesia untuk memelihara perdamaian dunia, dan bukannya malah menyiram bensin di atas api.
    Akhirul kata, saya semakin sepakat bahwa kita masing-masing punya tugas untuk mengharumkan nama bangsa. Kalau tidak bisa dengan cara yang hebat-hebat, yang sederhana juga tak apa-apa. Misalnya tidak buang sampah sembarangan, sehingga orang tahu bahwa kita adalah bangsa yang gemar kebersihan. Atau mengurangi kalau bisa menghentikan kebiasaan jam karet, supaya orang tahu kita bangsa yang disiplin dan menghargai orang lain serta waktu.
    Terima kasih sudah mampir dan meninggalkan komentar, Bung Najoan. Tuhan memberkati!

    BalasHapus
  12. 'Zionisme selama puluhan tahun tersebut tidak ubahnya kejahatan kemanusiaan yang jauh lebih parah ketimbang yang dilakukan Belanda busuk tengik terhadap rakyat Nusantara...'

    1.Pernyataan tsb sungguh tidak peka, dan menyakiti perasaanku sbgai orang Indonesia... Tahu apakah anda tentang penderitaan rakyat Nusantara waktu itu...? Dan siapakah anda hingga berani menilai & merendahkan kedalaman derita orang?

    2.Sbagian besar orang Yahudi bukanlah Zionis ketika Israel berdiri, bahkan kaum orthodox Yahudi adalah penentang ideologi ini...

    3.Sperti orang Palestina berhak hidup di tanah itu, orang Yahudi pun berhak tinggal di tanah di mana Kerajaan Israel pernah exist secara hitoris politis di bawah Raja Daud. Jadi secara historik politik adalah legal untuk dikatakan 'orang Israel kembali ke tanah airnya'. Ide ko-eksisten negara Arab Isral diterima oleh orang Yahudi, tetapi tidak oleh Arab; negara2 ARab segera menggempur Israel setelah negara itu dideklarasikan [http://en.wikipedia.org/wiki/History_of_the_Arab%E2%80%93Israeli_conflict]. Yahudi harus dilempar ke laut!

    4.Ini adalah soal penderitaan orang Indonesia, orang Palestina, tetapi juga orang Yahudi... Maya pasti tahu soal holocoust [pembantaian skitar 6 juta orang Yahudi dalam PD II]... Ini pemicu besar kembalinya para survivor yg stateless stelah perang ke Palestina...
    Salah satu di antara jutaan korban itu adalah Anne Frank [pasti pernah dengar]... Dia baru saja ultah ke-84, 12 juni ini...
    Sperti Maya, dia suka sekali menulis...
    http://www.facebook.com/AnneFrankDiary
    http://www.youtube.com/watch?v=Z1HYwmFVm0E
    http://www.facebook.com/annefrankauthor?ref=ts&fref=ts

    God bless you Maya...!

    BalasHapus
  13. Tanggapan saya:
    1. Hmmm... benar juga. Semestinya saya menulis kejahatan kemanusiaan kaum Zionis itu SAMA busuknya dengan apa yang dilakukan oleh Belanda terhadap rakyat Nusantara. Ke mana perasaan saya sebagai bangsa Indonesia waktu menulis itu, ya?
    2. Benar, sebagian besar orang Yahudi bukan Zionis. Namun catat bahwa pendirian Negara Israel dan invasi yang dilakukan (kalau tak salah ingat tahun 1047) dilakukan oleh kaum Zionis dan tentaranya dengan diback up negara-negara sekutunya (termasuk Amerika dan Inggris dengan dukungan PBB).
    3. Benar, orang Israel juga punya hak untuk hidup di tanah itu sama besarnya dengan hak orang Palestina. Tapi tidak berarti itu boleh dilakukan dengan cara merampas hak orang lain (dalam hal ini Palestina). Sebaiknya anda cari sumber sejarah mengenai invasi tentara Zionis di wilayah-wilayah yang telah ditempati oleh orang-orang Palestina selama berabad-abad. Catat pula bahwa mereka selama ratusan tahun telah hidup berdampingan dengan harmonis bersama orang-orang Yahudi dan bangsa-bangsa lain di tanah tersebut, dengan setidaknya empat agama utama yang hidup pula bersama bangsa-bangsa tersebut.
    4. Saya telah membaca buku harian Anne Frank saat kelas V SD dan tidak bisa tidur karena terus-menerus menangis sebagai akibatnya. Namun apakah kekejaman YANG DILAKUKAN OLEH NAZI BOLEH DIBALASKAN OLEH KAUM ZIONIS TERHADAP BANGSA Palestina?
    4. Benar, para korban holocoust tersebut berhak untuk hidup damai dengan pembersihan trauma dan sebagainya. Namun MENJADI IRONIS jika sebagai korban kebiadaban manusia separuh iblis berkumis, para korban holocoust tersebut JUSTRU SEBALIKNYA melakukan kekejaman kemanusiaan terhadap bangsa Palestina di saat luka akan kekejaman NAZI tersebut belum lagi kering. Dan memang inilah isu yang dijual oleh kaum Zionis untuk melegalisir invansi dan kejahatan kemanusiaan mereka mula-mula. SAYA TIDAK PERNAH MENCAMPUR ADUKKAN KORBAN HOLOCAUST DENGAN KAUM ZIONIS BERDARAH DINGIN, tolong camkan itu.
    5. Akan menjadi SANGAT ELEGAN DAN PENUH HARGA DIRI jika ketika anda -siapapun itu- muncul di sini anda menunjukkan identitas asli dan bukannya cadar 'Anonim'.
    6. Anyway, terima kasih atas kunjungannya dan waktu yang diberikan untuk mengomentari tulisan saya. Tuhan memberkati :)

    BalasHapus
  14. Orang cenderung membela Palestina, dan menyudutkan Israel. Coba pelajari dahulu sejarahnya. Ini tulisan pendek yang bagus:
    http://sejarah.kompasiana.com/2012/11/23/apakah-konflik-israel-dan-palestina-salah-inggris-505415.html

    BalasHapus
  15. 1. Secara politis kerajaan-kerajaan di Nusantara sudah ada sejak jaman cindil abang. Apakah sekarang kerajaan-kerajaan yang sudah bersatu di bawah payung NKRI itu berhak mengobrak-abrik tatanan kenegaraan berdasarkan fakta historis jaman pra PKI? (Kok PKI, sih? Oke, Kahar Muzakar aja biar terdengan gahar:)).
    2. Anda emosional sekali deh, Sdr. Anonim, sampai kurang teliti membaca komen saya. Yang saya maksud tahun '47 adalah invasinya, bukan resminya negara Israel berdiri.
    3. Saya tidak peduli Palestina berasal dari kata Pheleset yang berarti orang laut atau kepleset yang berarti orang yang petakilan atau apa. Apakah Palestina merupakan sebuah negara atau tidak adalah perkara ke-6 (1 sampai 5 Pancasila). Yang saya tekankan di sini adalah ADALAH SUATU KEZALIMAN YANG LUAR BIASA UNTUK MENDEHUMANISASI DAN MENDEPOPULASI SEKELOMPOK BESAR MANUSIA YANG TELAH TINGGAL BERBILANG ABAD DI SUATU WILAYAH DEMI ALASAN-ALASAN POLITIS TERTENTU.

    BalasHapus
  16. 4. Orang Palestina (dan bangsa-bangsa lain) yang secara berjamaah tinggal di tanah perjanjian versi Kristen hingga ratusan tahun tentunya juga punya sertifikat. Bisa jadi si Yahudi beli tanah dari si Turki dan Arab, lalu hengkang ke mana. Jadilah tanah status quo, yang kemudian dimainkan dan jadilah sertifikat baru, kemudian si Palestina beli tanah itu dari para mafia tanah. Kok ribut amat sih masalah ini, seolah-olah kejadian kayak gini nggak pernah ada di Indonesia aja. Contoh kasus segambreng, Bung, jadi aneh juga kalau anda meributkan masalah sertifikat, sedangkan mafia tanah itu memang susah sekali dibongkar nggak di Indonesia di Arab, Hindustan, atau Timbuktu. CPD.

    BalasHapus
  17. 5. Kok bawa-bawa Arab yang membunuh Yahudi tahun 1929? Hubungannya apa dengan INVASI tentara Zionis tahun 1947? Kenapa nggak bawa-bawa Perang Salib aja biar kesannya lebih historik dan gotik? Saya juga bisa lho bawa-bawa keributan teman-teman saya orang Libya yang berantem dengan beberapa pemuda Yahudi di Itali dengan korban 2 cowok Arab mati kena tusuk hanya karena perkara motong jalan. Tambah CPD.
    6. Poin anda nomer 6 membuat saya kian merasa pilu. Zionis nggak pernah mengusir Inggris, wahai anonim tersayang. Yang ada Inggris main pat gulipat dengan Zionis lalu diam-diam mundur meninggalkan rakyat Palestina dan para pemimpin mereka kelimpungan (entar saya carikan referensinya. Saya nggak biasa main Wikipedia; di era informasi hoax ini saya semakin tidak percaya pada media mainstream dan termasuk pula berita-berita yang dirilis di Internet.
    7. Bentar, pipis dulu.

    BalasHapus
  18. 8. Tetap saya menyebutnya invasi, karena mereka datang dengan tentara langsung door to door ke perkampungan penduduk. bahkan jika lawannya tentarapun tetap dianggap incasi, apalagi ini penduduk sipil dengan senapan karatan bekas perang Turki. Kurang banci apa ya kira-kira? Saya carikan juga nanti referensinya. Ada satu buku yang memuat secara komplit, hanya saya lupa judulnya, soalnya bacanya sudah lama.

    BalasHapus
  19. 9. Saya nggak tau deh musti bilang apa lagi masalah holokos. Apakah saya bilang saya tidak iba pada mereka? Tapi semengerikan apapun penderitaan yang mereka terima dari NAZI, apakah itu memberi mereka hak untuk melakukan KELALIMAN YANG SAMA PADA BANGSA PALESTINA? Lagipula, kalau mau mikir tolol. kenapa nggak balas dendam aja pada bangsa Jerman? Kenapa harus bangsa Palestina yang menanggung nyawa?

    BalasHapus
  20. 10. Anyway, apakah anda memerhatikan gaya bahasa saya yang berbeda dari komentar pertama saya pada anda tempo hari? Mengindikasikan apakah ini? Jawabnya: perubahan ini menunjukkan bahwa sesungguhnya saya sudah mengetahu siapa anda sebenarnya, wahai Sdr. Anonim nan malang. Hehehe. You may try all the way to hide your identity, but still I will find the way to disclose all the anonymous in this world. Kasian deh lu:P

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh ya, kelupaan. Bukan hanya Israel saja yang disudutkan, Palestina juga. Yang menyudutkan Israel biasanya orang-orang muslim dan kebanyakan dari mereka mendasarkan ini pada urusan agama dan solidaritas muslim. Yang menyudutkan Palestina biasanya mereka yang pro barat, Kristen fanatik dan atau mereka yang memuja Yahudi entah dengan alasan apa. Itulah jeleknya kalau menyeret-nyeret agama, kitab suci, bahkan Tuhan. Atau menyeret-nyeret sentimen terhadap ras tertentu dan atau fanatismue buta terhadap ras dan atau bangsa yang lain. Untung saya tidak termasuk dari semua golongan katrok itu. Apakah itu orang Palestina beragama Islam atau Hindu (ada, ya?) atau orang manapun tak punya agama apapun, saya tidak ada urusan. Urusan saya adalah masalah dehumanisasi dan terkoyaknya hak azasi manusia. Habis perkara.

      Hapus
  21. 1.'Namun catat bahwa pendirian Negara Israel dan invasi yang dilakukan (kalau tak salah ingat tahun 1047) dilakukan oleh kaum Zionis dan tentaranya dengan diback up negara-negara sekutunya (termasuk Amerika dan Inggris dengan dukungan PBB).'
    Dapat tahun 1047 dr mana nih... Pasti bukan dari wiki ya... he he..
    2. Anda menuduh bhwa isu agamalah yg mendorong orang memiliki sikap ekstrem tertentu dalam masalah ini , tetapi, komentar emosional anda sebaliknya menunjukkan bahwa anda juga termakan isu agama dgn berpra-asumsi bahwa semua orang menggunakan isu agama sebagai landasan berpikir... Sebaliknya saya samasekali tidak membawa isu agama dalam kasus ini.
    3. Bahkan anda tidak mau peduli mengenai fakta bagaimana nama 'Palestina' itu dimunculkan oleh penguasa jaman itu... Jadi bagaimana saya bisa menganggap serius pemahaman anda tentang invasi dsb [ketika pada saat yg sama anda menolak untuk mencoba memahami fakta2 sejarah].
    3. '1. Secara politis kerajaan-kerajaan di Nusantara sudah ada sejak jaman cindil abang. Apakah sekarang kerajaan-kerajaan yang sudah bersatu di bawah payung NKRI itu berhak mengobrak-abrik tatanan kenegaraan berdasarkan fakta historis jaman pra PKI?'
    Tepat sekali kali ini logika anda nona Maya: secara politis yg namanya negara Palestina itu tidak pernah ada dalam sejarah... lantas dengan landasan apakah sekarang mereka merasa berhak mengobrak-abrik tatanan kenegaraan Israel!
    Dan bukankah sebenarnya logika anda adalah logika yang mengagungkan HAM; dengan kata lain tentu saja kerajaan2 kecil pra-NKRI itu berhak memberontak memperjuangkan hak ketika mereka justru terjajah kembali oleh bangsanya sendiri.
    Hmm, dan lagi...; kalau anda berpikir bahwa rakyat/ suku bangsa/ kerajaan2 Nusantara tidak berhak memberontak, dengan alasan apapun, demi melawan penindasan oleh bangsa sendiri, maka pemikiran anda adalah pemikiran kaum fasis-otoriter!
    4. God bless [dgn tulus]!

    BalasHapus
  22. 5. 'Tapi semengerikan apapun penderitaan yang mereka terima dari NAZI, apakah itu memberi mereka hak untuk melakukan KELALIMAN YANG SAMA PADA BANGSA PALESTINA?'Lagipula, kalau mau mikir tolol. kenapa nggak balas dendam aja pada bangsa Jerman?'
    Kelaliman yang sama? wow... Mungkin anda bisa memberi referensi yang menunjukkan kesetaraan kelaliman Nazi atas Yahudi dgn yang anda tuduhkan kelaliman Yahudi atas orang Palestina?
    Bagaimana anda bisa berasumsi bahwa aksi Yahudi terhadap orang2 Palestina bermotiv balas dendam???...
    Nah kalau ga peduli fakta sejarah, -[yah, maksudnya sih bagus: sebagai pembela HAM]- ya yang muncul akhirnya asumsi2 yg tendensius, dan tidak berimbang..., malah emosional.
    God bless Maya once again!

    BalasHapus
  23. Trimakasih atas hasratnya untuk mengetahui siapa saya. Saya hanya menggunakan salah satu option status komentator dalam blog yang anda buat sendiri ini. Kalau keberatan dengan option 'anonymous' ya ga usah diberi option ini, supaya tidak jadi blogger yang malang. He he... Sori, ini sekedar balasan ajah...

    BalasHapus
  24. Eh, emang ada gitu option 'anonymous'? Berarti benar saya adalah blogger yang malang, lha wong saya yang punya blog malah nggak tau sama sekali ada option itu :D. Oke, saya jawab sebagian dan urut, soalnya ini sudah malam dan saya males nge-scroll baca komen-komen anda di atas sono. Hihihi... kasian deh lo. First of all, saya sempat termangu-mangu membaca 'tuduhan' anda bahwa saya emosional. Lha wong sepanjang saya membalas komen anda nyata-nyata bahwa saya ceria dan humoris. Kalau cengengesan saja dibilang emosional, berarti Sule adalah biangnya :p.
    Nomer 3 dulu: Palestina sejak awal enggak ada tendensi ngobrak-abrik tatanan negara Israel, Mas Bro. Urusannya kan karena tentara Zionis itu datang mengobrak-abrik kehidupan mereka yang sudah berjalan ratusan tahun. Ini kan hanya semata gayung bersambut. Kalau Belanda datang ulang ke tanah Indonesia, menembaki kita dengan alasan yang dibuat-buat (kalau perlu bikin Kitab Suci dulu supaya kesannya sahih dan diurapi Roh Kudus), lalu bikin negara dengan back up PBB dan teman-teman lainnya, kemudian rakyat Indonesia berontak, apakah anda ikhlas disebut ngobrak-abrik tatanan negara Belanda, geto? Apakah anda rela hidup di ghetto?
    Berikut (sudah nggak tau nomer berapa): lho, kok malah jadi mengalihkan isu ke penjajahan dan penindasan oleh bangsa sendiri? Kalau tidak mau ya waktu jaman pergerakan dan pemberontakan ya nggak usah gabung. Kok repot. Setelah merdeka baru koar-koar kembali ke jaman pra NKRI kan jadi aneh dan tidak logis. Lalu apa urusannya sama fasis? Sutralah, cukup di sini penjajahan oleh bangsa sendiri. Kalau perlu saya buatkan tulisan baru (yang materi yang saya desain sehingga kira-kira bisa membuat anda ngeyel dengan membara :p).
    Berikut: referensi sudah saya berikan di posting ini. Silakan anda cari bukunya sendiri. Semoga sukses, karena ini buku lama jauh sebelum jaman Wiki. Segala kelaliman ada di situ (oh, bukan segala, wong tidak tercantum semua).
    Berikut: 'Bagaimana anda bisa berasumsi bahwa aksi Yahudi terhadap orang2 Palestina bermotiv balas dendam???...' Lho iki piye to, Pakakaan? Saya kok malah bingung anda putar-balik begini. Saya kan hanya meneruskan kesimpulan anda, bahwa para korban holocoust nan malang itu butuh tempat bernaung dsb (yang mana memang awalnya sudah disiapkan oleh rakyat Palestina nan lugu dan tak menduga bahwa yang datang bukan para korban Si Kumis melainkan tentara Zionis). Dan poin yang anda sampaikan meninggalkan kesan bahwa seakan bahkan bangsa Palestina bertanggung jawab atas derita yang ditanggung oleh bangsa Yahudi akibat Nazi, dst, dst, dst. Tapi sutralah, gaya reverse pshycology begini memang sudah khatam saya pelajari dari anggota grup-grup tertentu dimana saya banyak diikutkan. Hihihi....
    Untuk sementara segini aja dulu, yang belum sempat saya bahas besok lagi. Ngantuk banget, nih.
    Anyway, thanks for noticing that God ALWAYS bless me. Hihihi.... God bless you too *lebih tulus*

    BalasHapus
  25. Eh satu lagi masalah korban holokos. Kalo tak salah dari awal saya bilang bahwa tentara Zionis memanfaatkan isu ini sebagai legalisasi mereka untuk menginvasi rakyat Palestina. Di sini saya tambahkan bahwa para korban holokos itu hanya iyo-iyo akang, namanya juga lagi trauma. Jadi murahan sekali kalau ada upaya menggiring opini bahwa para korban holokos terlibat secara politis dan praktis dalam perkara ini. Pertanyaan selanjutnya: apakah satu pihak (dalam hal ini kaum Zionis dan tentaranya) berhak mendepopulasi sekelompok manusia sebangsa hanya karena mereka secara legal belum berstastus negara? Camkan bahwa dalam hal ini pihak depopulator juga masih berstatus sekelompok manusia sebangsa, dan belum jadi negara. Capek deeeeeeehhhhh.....

    BalasHapus
  26. Kalau ingin referensi yang jujur, bacalah buku-buku Abuna Elias Chacur,pastor Gereja Katolik Melkit, orang Palestina yang menjadi saksi hidup sekaligus bagian dari korban kekejaman invasi militer kaum Zionis. Bapa Elias menghabiskan hampir seluruh hidupnya dalam usaha perdamaian antar dua bangsa yang bertikai tersebut dan upaya tiada henti untuk mendudukkan bangsa Palestina dalam posisi dan harga diri mereka yang layak. TUHAN memberkati Bapa Elias dengan umur yang panjang dan hati yang luar biasa lembut. Kalau hati anda sebagai orang Kristen tidak tersentuh oleh artikel-artikel dan buku-buku mengenai pandangan humanismenya dalam kaca mata seorang hamba Tuhan sekaligus korban perang, maka saya tidak tahu harus berkomentar apalagi. Saya harap anda TIDAK memberi komentar lebih lanjut SEBELUM membaca karya-karyanya, setidaknya 'We Belong to the Land: Blood Brothers'. Karena sebelum anda mendapat wawasan dari kebeningan batin Abuna Elias, saya khawatir kita berdua hanya membuang-buang waktu dan enerji dengan berdebat tak jelas juntrungannya. Sekian dan terima kasih. Saya tunggu sampai anda selesai membaca karya-karya beliau. Tuhan memberkati *jauuuuh...lebih tulus*

    BalasHapus
  27. 'Kalo tak salah dari awal saya bilang bahwa tentara Zionis memanfaatkan isu ini sebagai legalisasi mereka untuk menginvasi rakyat Palestina.'

    ...ha ha ha... Bohong besar!!! Ya gitu deh kalo ilmu kira2... Ya, sebaiknya anda tidak usah belajar soal fakta-fakta sejarah Israel-Palestina, sehingga anda bisa dgn membabi buta membenci Israel & memuaskan khayalan anda tentang kekejaman Israel...[Semoga tidur nyenyak]
    He he, sori, becanda...[berharap sebaliknya]!

    Mungkin, saya tersesat di blog ini... tapi 'Selamat' ya untuk kemenangannya dalam hut ke-90 kolsani! Saya berharap menemu damai dan kebijaksanaan membaca blog ini, ketika tau blog ini yg menang dalam hut Kolsani...
    Semoga jadi lebih baik... God bless!

    BalasHapus
  28. Bukan mungkin lagi, tapi benar, anda tersesat di blog ini. Sebab blog ini sama sekali tidak menyediakan tempat dus tidak menarik bagi mereka yang punya hobi reverse psychology, misalnya menuduh si pemilik blog membenci Israel secara membabi buta sedangkan dirinya sendiri yang rajin mengeluarkan statemen penuh keruh. Atau melarang si pemilik blog belajar fakta sejarah, sedangkan dirinya sendiri tidak mau melihat sejarah secara seimbang dari kedua sisi. Blog ini juga tidak dimaksudkan bagi mereka yang tidak menghargai permintaan si pemilik blog untuk memelajari dulu referensi-referensi yang belum pernah dilihatnya, supaya tidak lagi mengeluarkan komentar-komentar dengan kata-kata yang diputar balik, sinis, dan penuh sindiran kelas ibu-ibu yang tinggal di pinggiran rel dengan kostum daster kedombrongan dan rambut penuh rol, serta mendedikasikan waktu untuk nonton sinetron dan ngomongin tetangga, saudara ipar, serta mertua. Selamat meninggalkan blog ini, dan semoga menemukan damai dengan rol-rol anda!

    BalasHapus
  29. Ha ha...mpok Maya, rupanya anda sungguh marah! Maaf!

    ... 'kelas ibu-ibu yang tinggal di pinggiran rel dengan kostum daster kedombrongan dan rambut penuh rol, serta'...

    Sperti dulu anda meremehkan derita bangsa sendiri atas penjajahan Belanda, sekarang berulang sikap anda merendahkan orang lain; yang nota bene adalah bangsa sendiri dengan menghina kemiskinan mereka, dan intelektualitas mereka...
    Bersyukurlah atas kekayaan anda...smoga anda tiap malam tidur dgn nyenyak dikelilingi harta benda dan semua buku tanda kecanggihan intelektualitas anda...[tetapi tentu saja kekayaan tidak berbanding lurus dengan kebeningan, kecerdasan & kepekaan hati atas kemiskinan dan penderitaan orang lain di pinggiran rel...]
    God bless... [still & always]!

    BalasHapus
  30. Umm, kurasa aku tidak sungguh tersesat di blog ini... Kupikir kita cukup berjodoh dalam pertengkaran ini... ha ha ... Peace be with you Maya!

    BalasHapus
  31. Tentang mempelajari fakta sejarah.
    Mungkin Maya suka foto peta Palestina ini:
    http://www.facebook.com/photo.php?fbid=10151696029324509&set=a.364906379508.152988.362928489508&type=1&theater.
    Sebelumnya anda mengatakan bahwa bangsa Palestina - [inipun tidak jelas bangsa mana sesungguhnya, karena kata 'Palestina', adalah ciptaan penjajah Romawi]- sudah tinggal dalam bilangan abad di tanah itu... ha ha... Dan bangsa Yahudi hampir 4 millenia tinggal di tanah itu...
    Itu sekedar contoh kecil dalam mempelajari fakta. Anda justru termakan emosi oleh kotbah pendeta anda waktu itu; seolah2 masalahnya adalah sesederhana pendapat pak Pendeta yg terhormat itu.
    ... Lihat! bukankah kita berjodoh dalam 'pertengkaran' ini... Ha ha... kurasa tidak akan semudah itu aku meniggalkan blog ini...

    BalasHapus
  32. Hihihi... anda benar-benar tergila-gila dengan saya, rupanya. Setelah menjadi manusia yang mengikuti saya di berbagai forum dan setelah kecewa karena gagal mengendalikan kemandirian pikir saya berubah melakukan personel attack di hadapan publik kemudian menghilang (yang membuat saya bersorak spontan "Thank God, finally!"), ternyata anda masih berhasil menemukan cara untuk membuntuti saya lagi, di sini. Tapi kenapa pake trik lama 'putar balik fakta dan sebagainya', bos? Pake dong cara lain yang lebih elegan. Siapa tahu saya end up tertarik pada anda, walaupun tentu tidak sebesar ketergilaan anda pada saya. Hihihi. Susah ya cari perempuan yang mandiri dalam pikiran dan sikap? Ihik ihik ihik. Saya bersimati, bos. Tenanglah, kalau anda sabar, anda akan temukan banyak Yuanita Maya di luar sana. Lagian, di atas langit masih ada langit, Bung. Saya bukan orang paling cerdas dan keras kepala sehingga menantang untuk ditaklukkan di dunia. Suit...suit... :p

    BalasHapus
  33. Anyway, segala ocehan anda mengenai Palestina-Israel tak akan saya tanggapi lagi sekeras apapun usaha anda memutar balikkan fakta, karena sudah jelas anda sama sekali belum meluangkan waktu untuk memelajari referensi yang saya tawarkan. Dus, tidak ada keseimbangan referensi dan pikir dari pihak anda yang akan menjadikan diskusi kita timpang. Dan jangan sediiiih.... saya memang menikmati semua berkat yang Tuhan berikan, kok. Kalau itu anda putar balikkan menjadi saya menghina si miskin, yaaaah, itu sih urusan anda dengan daster dan rol-rol anda :). Tuhan memberkati.....

    BalasHapus
  34. 1. ...Ha ha ha... ngimpi![berlaku juga u/ pemahaman anda ttg konflik Israel-Palestina yg mengabaikan sejarah]
    Ngga usah ke-gr-an deh... Dalam tafsir gaya bahasa yg umum pun orang tahu maksud sesungguhnya [jangan pura2 bodoh deh...atau?]
    2. 'perempuan yang mandiri dalam pikiran dan sikap'... haa...!? Ya, cukup dibutuhkan sedikit kenekatan & keras kepala untuk menjadi seperti itu...
    3. Ttg Abuna : dia adalah org Kristiani warga Israel, keturunan Arab, dan dia pembawa damai untuk Israel & Palestina [bukan pembenci Israel spt anda]. Bahkan dia dianugerahi:
    In 2001 Chacour was named "Man of the Year" in Israel.[4]

    In 2001, Chacour gave an address at commencement at Emory University, in Atlanta, Georgia where he accepted an honorary degree.[1] . An excerpt from his speech:


    You who live in the United States, if you are pro-Israel, on behalf of the Palestinian children I call unto you: give further friendship to Israel. They need your friendship. But stop interpreting that friendship as an automatic antipathy against me, the Palestinian who is paying the bill for what others have done against my beloved Jewish brothers and sisters in the Holocaust and Auschwitz and elsewhere.

    And if you have been enlightened enough to take the side of the Palestinians -- oh, bless your hearts -- take our sides, because for once you will be on the right side, right? But if taking our side would mean to become one-sided against my Jewish brothers and sisters, back up. We do not need such friendship. We need one more common friend. We do not need one more enemy, for God's sake. '

    Hmm...kurasa Abuna akan menolak persahabatan seorang pembenci Israel seperti anda. Anda dan Abuna tidak berada dalam taraf berpikir yang sepadan. Sori...

    God bless Maya!

    BalasHapus
  35. masih juga berdebat yang tidak ada ahirnya

    BalasHapus
  36. aku share ya mba keren nih,,, karena emang kenyataan nya banyak yang selalu melihat dari perspektif agama,,,awalnya sih kita muslim gak menyoal ke kristen tapi kebanyakan orang kristen fanatik sm Israel dan membela nah disitulah kami berselisih dengan mereka. karena orang kristen yang memulai lebih dulu dan selalu melihat dalam perspektif agama dengan mengatakan Tanah yang di janjikan. kalau kami sodorkan kitab suci kami pun itu akan tetap bertolak belakang dikitab suci kami israel bangsa yang di muliakan lalu karena pembangkang dan tuhan saja dilawan maka menjadi bangsa yang hina dan tidak punya tempat tinggal dibumi ini, jelaskan kalau kita melihat dalam perspektif agama akan gak ketemu... maka tulisan mba ini sangat tepat untuk meluruskan orang kristen yang fanantik dengan isreal entah apa alasannya kok bisa mereka begitu sangat amat mencintai israel padahal menurut sejarah yang tercatat dlm kitab suci kami dan mereka israel memang pembangkang. aku share ya mba tulisan ini.....
    mau komen soal anonim : bos kan itu jelas yang ditulis bukan di liat dalam frame agama kok bos anonim bicara sejarah yang termaktub dalam kitab... gak ketemu bos

    BalasHapus