Begini ceritanya: anda adalah seorang pria dengan istri dan sekian anak. Selain itu anda juga pengusaha yangmemiliki banyak karyawan. Belakangan anda banyak masalah, dan anda terjerat hutang ratusan juta. Anda bingung bagaimana memertahankan usaha plus bayar hutang, sekaligus bisa terus menghidupi anak istri dan menyekolahkan mereka dan sebagainya. Berhubung anda tidak begitu cerdas, maka dalam kondisi terdesak andapun nyolong. Nyolongnya di mana tidak penting, yang jelas nyolong. Hasilnya lumayan, walaupun hanya bisa menutup separuh hutang.
Demikianlah kira-kira
yang dilakukan AS terhadap Libya dan negara-negara kaya minyak lainnya.
Berhubung mereka negara besar yang punya banyak pemikir dan anggota senat dan
lain-lainnya, walhasil mereka banyak akses dan modal untuk pakai cara cantik (tidak seperti anda si pengusaha panik yang berakhir
jadi maling soliter). Berbeda dengan anda yang berjibaku seorang diri sehingga
hanya bisa pakai cara murahan, AS dengan posisinya sebagai negara super power
bisa merancang skenario menggetarkan: rasa kemanusiaan terhadap rakyat malang
nan ditindas oleh pemimpin dan rezim ndolim (biasanya ditambahi isu senjata
pemusnah massal). Dan berhubung koneksi dan akses media mereka sungguh cetar
membahana, maka publik Internasionalpun berhasil dikibulin dengan sukses. Dengan
kepercayaan publik Internasional dan dukungan teman-teman, walhasil AS berhasil
mengeruki minyak dari berbagai negara tersebut. Minyak didapat, nama harum sebagai
negara penuh kasih penegak demokrasipun berhasil diraih. Terpujilah Amerika
Serikat!
Tapi tunggu dulu! Konsensi
minyak dan sebagainya sudah di tangan, kenapa hutang masih segede dosa, ya?
Terus kenapa angka pengangguran nasional masih demikian tinggi, ya? Para pemikir
hebat di AS pun teringat cara-cara basi yang belum lama berlalu tersebut, lalu
memutuskan untuk menerapkannya di Suriah. Tapi, duh, bukankah Suriah bukan
negara gudang minyak pula gemah-ripah loh jinawi? Jangan sediiiih….Kan sudah
ada contoh jaman akhir ’20-an dulu. Terpuruknya ekonomi AS gara-gara urusan
Wall Street terjungkal di era tersebut juga terselesaikan dengan industri alat
perang. Perekonomian AS yang kandas diiringi gejolak sosial dan rentetan kasus
bunuh diri, pulih secara menakjubkan gara-gara penjualan alat-alat perang. Ada minyak atau tidak, industri perang tetap jalan asal
ada skenario drama kemanusiaan yang menunjang. Dengan langgengnya industri
perang, maka saluran uang kembali berbinar dan masalah pengangguran nasional
bisa terselesaikan. Ah, indahnya perang….
Itu sebabnya Barack
Obama yang begitu dipuja segenap rakyat Indonesia karena doyan bakso dan sate
itu begitu bersemangat meneruskan keberhasilan para pendahulunya. Skenarionya masih tetap sama dengan dulu-dulu tak jadi masalah,
karena kreatifitas tak begitu penting di sini. Yang penting adalah kampanye
‘perikemanusiaan’ yang mengharukan. Bukankah
dua unsur paling penting yakni penguasaan media dan publik Internasional yang
gampang dibodohi sudah dikantongi? Indahnya lagi, biarpun ngakunya pada sekolah
tinggi toh masih banyak umat yang belum paham mekanisme distorsi media. Lalu apa
masalahnya? Tidak ada sebenarnya, kalau saja negara-negara sekutu tidak
membelot dengan cara menolak rencana serangan ke Suriah. Emang enak bertempur
sendiri? Lagian bikin senjata sendiri, terus beli sendiri buat perang
sendirian, emang nggak rugi? Jadilah Amerika yang semula menggebu-gebu penuh
gelora membara dalam urusan serangan ke Suriah ini mendadak malas-malasan.
Duh,
duh, Amerika….. Dapur memang tetap harus ngebul, negara memang tetap harus
jalan, dan rakyat tetap harus dikasih makan. Jadi walaupun segala jargon ‘perikemanusiaan
dan demokrasi’ untuk legalisasi perang-perangmu selama ini sangat menggelikan
dan ironik, tapi dalam konteks kepentingan rakyat dan negaramu masih bisa dipahami,
lah. Tapi mbok ya konsisten sedikit. Sebagian manusia di bumi ini sudah tahu
bahwa kau munafik dan rakus bukan kepalang, masak sekarang mau kau lempari
mukamu sendiri dengan lebih banyak
kotoran? Kalau demikian maka sebagian orang yang tadinya masih senang-senang
saja kau bodohi bakalan tahu kalau selama ini kau pembohong besar. Serang saja
Suriah biarpun kau rugi sendiri, karena kalau kau batal menyerang, pasti di
masa mendatang masyarakat dunia tak bakal bisa kau bohongin lagi. Dan kaupun bakal
kelimpungan mencari orang yang benar-benar pintar untuk mengurus negara dan
rakyatmu lewat rejeki yang halal. Emang gampang?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar